Klakson
Ustadz 'Bekku'
Dan kita optimis, kepribadian, akhlak dan tindakan pelayanan sang ustadz pada ummat harus tetap menjadi teladan.
Tetapi ujian keteladanan sang ustadz tiba disuatu hari. Saat itu, baru saja ia berceramah dimasjid kampungnya usai solat subuh. Saat tiba dirumahnya, ia memanggil istri dan dua orang anaknya yang beranjak dewasa.
“Mana burung perkututku 2 ekor? Kok, tak ada dalam sangkarnya. Kalian tahu, itu burung perkutut andalanku”, katanya tegas.
Seorang anaknya cepat-cepat menjawab. “Perkutut itu sudah saya kasi pak Ismail, dia lewat tadi, dia bilang suka lihat dengan burung perkutut itu”, katanya.
Sang ustadz berkata, “kenapa kamu kasi, itu burung perkutut kesayanganku”. Dengan ringkas, putri sang ustadz itu bilang, “bukankah bapak berceramah dimasjid tadi subuh, bahwa sedekahkanlah harta milikmu yang engkau sayangi”, katanya.
Dengan kecut, sang ustadz menjawab; “ceramah itu untuk ummat, bukan untuk kita”, ujarnya.
Begitulah, tantangan berat ustadz—dai adalah keteladanan.
Bisakah ia menjadi teladan bagi kata-katanya sendiri? Bisakah ia mengamalkan isi ceramahnya sendiri?(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.