PSM Makassar Lebih dari Sekadar Klub: Simbol Harga Diri Orang Sulawesi Selatan

Sementara di Sulawesi, dari enam provinsi hanya ada satu klub, yaitu PSM Makassar.

Itu sebabnya, dibutuhkan terobosan besar dari manajemen agar PSM bisa memiliki daya tarik bagi sponsor.

Apalagi struktur keuangan sekarang sudah jauh berbeda dengan dulu. Biaya gaji, akomodasi, dan operasional meningkat tajam.

Sebagai gambaran, dalam satu kali laga tandang, klub minimal menyiapkan 33 kamar hotel, ditambah biaya tiket pesawat, transportasi, dan konsumsi pemain harus sesuai standar khusus.

Bahkan makanan pemain tidak boleh sembarangan, tidak boleh terlalu asin atau mengandung bumbu tertentu, sehingga biayanya tinggi.

Saya pernah mengalami masa-masa sulit ketika gaji para pemain tertunda beberapa bulan, sampai sempat muncul konflik internal.

Padahal Robert bilang, apa yang terjadi di lapangan itu biasanya berasal dari masalah di luar lapangan.

Kalau pemain punya masalah keluarga atau keuangan, performanya pasti menurun.

Sepak bola itu bukan hanya soal taktik, tapi juga tentang bagaimana pemain bisa tenang secara mental dan finansial. Selain itu, lokasi stadion juga menjadi faktor.

Sejak PSM tidak lagi bermain di Makassar dan harus ke Parepare, saya kurang tahu apakah manajemen sudah pernah survei berapa banyak penonton yang benar-benar berasal dari Makassar.

Saya pernah dua kali menonton di Parepare, sekali naik bus, sekali naik motor.

Kalau pertandingan jam 4 sore, saya harus berangkat dari Makassar jam 9 pagi dan baru sampai rumah lagi jam 4 subuh. Itu berat, dan tentu berpengaruh pada minat penonton.

Manajemen perlu memikirkan strategi harga tiket.

Kalau tiket terlalu mahal, penonton berkurang, sponsor juga enggan karena hitungannya berdasarkan cost per audience.(renaldi cahyadi)