Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PSM Makassar Lebih dari Sekadar Klub: Simbol Harga Diri Orang Sulawesi Selatan

Mulai dari era Ramang hingga sekarang Asnawi Mangkualam, semuanya menunjukkan bagaimana PSM menjadi wajah sepak bola Indonesia.

Tangkap Layar
PODCAST Saksi Mata Hadir dalam tawa dan tangis PSM Makassar 

TRIBUN-TIMUR.COM - PSM Makassar bukan sekadar klub sepak bola, melainkan simbol harga diri masyarakat Sulawesi Selatan.

Demikian ditegaskan mantan Asisten Manajer PSM, Amir Pallawa Rukka dalam podcast Saksi Kata: Hadir Dalam Tawa & Tangis PSM, dipandu reporter Tribun Timur Makassar, Kaswadi Anwar.

Podcast ini juga menghadirkan mantan Asisten Manajer Bidang Humas PSM Makassar, Nurman Idrus dan Presiden The Macz Man, Ocha Alim Bahri.

Tiga narasumber sepakat bahwa selama 110 tahun eksistensinya, PSM telah menjadi bagian dari jati diri dan kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan. Berikut petikan wawancaranya:

Seperti apa melihat perjalanan PSM di usia 110 tahun ini?

Ocha Alim: Alhamdulillah, sekarang PSM Makassar sudah berusia 110 tahun. Ini tentu menjadi kebanggaan, karena PSM adalah klub tertua di Indonesia.

Sebagai klub banyak melahirkan pemain-pemain berbakat dan turut membawa nama Indonesia ke kancah internasional, perjalanan PSM ini sangat luar biasa.

Mulai dari era Ramang hingga sekarang Asnawi Mangkualam, semuanya menunjukkan bagaimana PSM menjadi wajah sepak bola Indonesia.

Kalau bicara wajah sepak bola Indonesia, PSM Makassar pertama. Setelah itu baru ada Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, Persib Bandung, PSMS Medan, dan Papua, meski saat itu belum masuk dalam era perserikatan.

Lima klub tertua inilah menjadi cikal bakal lahirnya sepak bola nasional di Indonesia, tentu PSM patut kita apresiasi secara khusus.

Bicara tentang PSM Makassar, tentu sejarahnya sangat panjang. Begitu pula dengan euforia dan loyalitas suporternya yang luar biasa sejak era perserikatan.

Saya masih sempat merasakan satu tahun masa perserikatan sebelum beralih ke era profesional, yaitu Liga Indonesia atau Ligina.

Sejak Ligina 1, saya sudah mulai terlibat dalam PSM sebagai fotografer, dan sampai era liga modern sekarang, saya masih terus mengikuti perjalanan klub ini, sudah sekira 25 tahun saya mendampingi PSM Makassar.

Suka duka tentu banyak saya rasakan. Dari perjuangan manajer-manajer yang mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk PSM, hingga masa-masa sulit dan penuh haru biru.

Amir PR: Menurut saya, 110 tahun ini pencapaian yang sangat panjang dan bersejarah untuk PSM.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved