Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Kampus Mau Dibawa ke Mana?

Rupanya, penjelasan itu tidak membuatnya lekas mendapat jawaban. Ia kemudian terbata-bata menanyakan apakah ada jalur khusus.

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Sofyan Basri Dosen Prodi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Makassar 

Oleh: Sofyan Basri

Dosen Prodi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM - BEBERAPA bulan lalu, seorang kerabat dari Ibu menghubungi saya. Ia menanyakan bagaimana proses pendaftaran di kampus tempat saya mengajar.

Penjelasan saya sederhana, mendaftar secara daring dan akan diseleksi secara nasional.

Rupanya, penjelasan itu tidak membuatnya lekas mendapat jawaban. Ia kemudian terbata-bata menanyakan apakah ada jalur khusus.

Saya tentu tahu dengan sangat jelas maksudnya, tapi saya tetap tenang dan memberi jawaban dengan hati-hati agar tidak membuatnya tersinggung.

Pengumuman Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2025 berlangsung tanggal 28 Mei lalu.

Kerabat yang sebelumnya menghubungi saya, kembali memberi kabar. Syukurnya, anaknya dinyatakan lulus disalah satu kampus negeri di Makassar.

Ia kemudian menjelaskan bahwa besar harapan anaknya dapat kuliah dengan baik agar menjadi harapan perbaikan nasib di masa depan. Saya mendengarkan seksama dan sesekali mengamini.

Di wilayah pesisir utara Kota Makassar, seorang kawan juga memberi kabar awal tahun ini. Katanya, anaknya kini sudah masuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Itu berarti, tiga tahun lagi akan masuk perguruan tinggi. Ia berharap sangat tinggi kepada sang anak untuk kuliah agar tidak seperti dirinya yang bekerja sebagai buruh tidak tetap.

Di dalam kepalanya, kampus seperti cahaya pertarungan nasib baik. Dan, ekspresinya ketika bercerita, mengisyaratkan jika kegagalan tidak berlaku bagi lulusan kampus.

Dua cerita di atas memiliki kesamaan; kampus adalah masa depan, tempat lahirnya sebuah harapan untuk dipupuk.

Dan, itu sama persis ketika saya hendak meninggalkan kampung halaman saya di Kabupaten Sinjai untuk ke Kota Makassar untuk melanjutkan pendidikan tahun 2008 silam.

Tapi, nyatanya harapan tidak selalu mudah bertatut dengan realitas. Ia jauh dari harapan-harapan yang diucapkan ke langit melalui doa, oleh mereka yang tidak mengenal realitas kampus secara jelas. Dan, itu sangat berbahaya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved