Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Kampus Mau Dibawa ke Mana?

Rupanya, penjelasan itu tidak membuatnya lekas mendapat jawaban. Ia kemudian terbata-bata menanyakan apakah ada jalur khusus.

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Sofyan Basri Dosen Prodi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Makassar 

Kampus Sibuk Sendiri

Tahun 2025, total jumlah peserta UTBK SNBT sebanyak 860.976 orang. Sementara daya tampung kampus negeri di seluruh negeri; dari Sabang sampai Merauke, hanya 284.380. Itu berarti ada 576,596 orang tidak dinyatakan lulus masuk perguruan tinggi negeri.

Sebelumnya, 185.000 yang dinyatakan lulus jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi. Jadi, total siswa yang diterima tahun ini pada kampus negeri sebanyak 434,380.

Selebihnya, mereka akan berjuang melalui jalur mandiri yang menjadi otoritas kampus atau masuk kampus swasta; dipastikan biayanya akan lebih tinggi.

Para peserta UTBK SNBT, SNBP dan jalur mandiri yang lulus masuk kampus idaman itu sedang membawa harapan dari orang-orang di sekitarnya, terutama para orang tua.

Setelah lulus, akan bekerja sebagai pegawai pemerintah atau pegawai swasta; jalur keluar dari kemiskinan dan menuju kelas sosial baru.

Sehingga apapun yang terjadi, segalanya akan dipertaruhkan–menabung dari hasil panen kebun dan sawah yang tidak menentu dan dari upah buruh yang pas-pasan. Tujuannya satu, anak kebanggaan jadi sarjana.

Pada kenyataannya, ketika anak-anak dengan penuh pengharap itu masuk kampus, mereka akan menemukan realitas dimana kampus terlalu sibuk dengan dirinya sendiri.

Dosen berlomba menulis jurnal yang tidak berkorelasi dengan kebutuhan dan kepentingan mahasiswa dan warga. Ruang seminar penuh presentasi yang tidak bermakna.

Proposal ditulis rumit dengan bahasa ilmiah agar lebih keren. Publikasi jurnal internasional terlihat lebih akademis, yang sebenarnya tidak pernah dibaca mahasiswa dan hanya batu loncatan jabatan.

Ilmu pengetahuan dijadikan komoditas; yang bertambah hanya publikasi tapi kualitas hidup mahasiswa dan warga untuk survive dalam kehidupan yang berubah sangat cepat dilupakan. Para akademia juga sibuk mengejar prestisius dan tepuk tangan kampusnya.

Hal ini dikritik habis oleh Bahrul Amsal dalam tulisan di Kompas 27 Nov 2023 lalu. Bahrul menulis jika publikasi harusnya diiringi kematangan intelektual dengan iklim akademik rasional, kritis, dan dialogis.

Akibatnya, seperti yang diungkap oleh peneliti Lukman Meho dalam laporannya pada Research Integrity Index, sejumlah kampus negeri mentereng di Indonesia masuk zona merah.

Kupikir ini bukan lagi cambukan. Tapi, sudah masuk ranah hukuman, jika kampus pelan dan pasti keluar dari jalurnya sebagai institusi yang berintegritas secara akademik dan intelektual.

Alih-alih mengutamakan kualitas, kampus justru terjerembab dalam produksi jurnal dengan standar kuantitas yang tidak mengutamakan logos akademik dan penuh kemunafikan; lebih suka bersolek akreditasi dan sensasi daripada mempertahankan imajinasi yang implikatif.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved