Opini
Preman Anak Penguasa
Belum jelas apa yang memicu konflik ini, tetapi situasi di lapangan menunjukkan eskalasi emosi yang berujung pada kekerasan fisik
Operasi ini dilakukan oleh Tentara dengan merekrut paramiliter dan preman untuk digunakan sebagai alat pembunuh massal, sejak saat itu mereka berkuasa dan menindas lawan-lawannya dengan penyiksaan yang sangat keji dan kejam.
Cerita ini dapat kita lihat dalam film dokumenter yang berjudul “Jagal” yang memperlihatkan kita bagaimana para pelaku pembunuhan dengan bangga menceritakan perbuatannya dalam membasmi mereka yang dianggap komunis.
Paramiliter yang terlibat dalam pembantaian PKI salah satunya adalah paramiliter yang dibentuk oleh Jenderal AH Nasution, yaitu: Pemuda Pancasila yang sedang trending topik baru-baru ini akibat tawuran bersama Grib, ormas yang didirikan oleh Hercules, preman Tanah Abang itu.
Freeman atau Preman
Jusuf Kalla dalam pidatonya di acara Pemuda Pancasila pernah menyebut bahwa bangsa ini membutuhkan freeman atau manusia bebas. Supaya bisa menyeimbangi penguasa.
Istilah “preman” berasal dari bahasa Belanda “vrijman,” yang berarti manusia bebas.
Manusia bebas dalam arti freeman yang disebutkan oleh Jusuf Kalla sebenarnya keliru secara pemaknaan. Sebab, jika kita tarik, akar katanya itu memiliki definisi status dalam masyarakat feodal.
Namun, di Inggris freeman diartikan sebagai seorang yang memiliki semua hak istimewa dan kekebalan dari sebuah kota, bahkan dianggap tidak berada di bawah pengekangan hukum.
Sama dengan preman yang ada di Indonesia. Namun, dalam konteks Indonesia, istilah preman justru memiliki konotasi negatif.
Preman sering diasosiasikan dengan kekerasan, pemerasan, dan penindasan terhadap yang lemah.
Masalahnya bukan pada masyarakat yang tidak ingin melawan, tetapi pada kejahatan yang dilakukan secara terorganisir dan ketidakpastian hukum. Inilah yang membuat masyarakat menjadi lemah dan rentan.
Free Will bukanlah Preman
Semua manusia memiliki hak dan kehendak untuk bebas, sebab tidak ada manusia yang suka direbut kebebasannya.
Ketika manusia merasa tertindas dengan perlakuan preman, secara tidak langsung preman telah merebut hak dan kehendak bebas yang lebih lemah.
Kehendak bebas, atau kerap dipahami juga sebagai konsep free will sering disandingkan dengan liberalisme yang berarti kehendak bebas manusia dalam setiap tindakannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.