Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Gaya Hidup Slow Living dan Visi Hidup Perspektif Manhaj Nubuwah

Gerakan ini muncul untuk membela tradisi pangan daerah, memperjuangkan upah yang layak dan adil, dan mengkampayekan makanan berkualitas.

Editor: Sudirman
DOK PRIBADI
Irfan Yahya 

Ini menunjukkan bahwa perubahan harus dimulai dari pemahaman mendalam tentang Tuhan sebagai satu-satunya zat yang maha kuasa, eksistensi manusia, dan alam semesta.

Ketiga tema besar inilah yang selama ribuan tahun memaksa para filsuf dari saman Socrates hingga saman Neitzsche dan para mengikutnya berpikir keras dan terjebak dalam kebingungan untuk menemukan hakikat dari ketiga tema besar tersebut.

Pada titik inilah persoalan mendasarnya. Manusia sebagai makhluk bebas sekaligus akan dimintai pertanggung jawaban petuh atas apa yang dia telah perbuat.

Dengan posisi ini manusia membutuhkan petunjuk dan standar nilai kebenaran yang diyakini secara mutlak dapat mengantarkan dia kepada keselamatan dan kebahagiaan hidup, bukan bersumber dari syak (keragu-raguan) atau pun dzan (dugaan) semata.

Rasulullah saat menerima surah Al-Alaq meresponsnya dengan kerja-kerja yang lebih bersifat kontempelatif.

Proses kerja kontempelatif ini memungkinkan untuk merespons hal-hal yang substansial dan ini merupakan prasyarat, agar terjadi proses internalisasisecara sempurna ke dalam
sistem kesadaran manusia.

Dan karena bangunan sistem kesadaran inilah yang kemudian mampu memberikan interpretasi utuh tentang realitas kehidupan.

Olehnya itu penekanan pada funsgsi akal dan ilmu pengetahuan dalam ayat-ayat ini menunjukkan bahwa pembangunan peradaban harus berakar pada ilmu yang benar dan kesadaran akan keesaan Allah.

Konsep inilah yang Rasulullah di awal kenabiannya meracik secara utuh dan menginjeksi secara sempurna ke dalam alam bawah sadar dan menjadi basis “ideologi” bagi para sahabatnya, sehingga ketika pada saatnya harus berbenturan dengan realitas sosial yang berbeda dan bertentangan, maka sudah terbangun sistem pertahanan, baik secara psykis maupun dalam tataran pemikiran.

Atas bimbingan wahyu Al-Qur'an, Rasulullah dan para sahabatnya itu siap lahir bathin menyikapi segala realitas sosial yang terjadi.

Demikianlah selanjutnya bagaimana surah Al-Qalam ayat ke-1 sampai ke-7 bekerja menuntun dengan menegaskan bahwa perbedaan orientasi hidup dan sistem nilai kehidupan yang dianut manusia adalah sesuatu yang niscaya ada dan terjadi.

Nilai-nilai yang berbasis tauhid dengan nilai nilai kehidupan yang berbasis pada materialisme.

Kedua tatanan nilai ini saling bertentangan, karena itu dalam mengklaim tindakan, prilaku dan sikap manusia, maka pasti terjadi polarisasi dan benturan.

Atas kesadaran itu, muncullah semangat untuk melakukan perubahan sosial karena kesenjangan antara realitas yang ada dengan nilai-nilai ideal berbasis wahyu.

Rasulullah mengkonstruksi paradigma perubahan, bertujuan untuk mengeluarkan umat manusia dari kubangan kejahiliyaan menuju cahaya Islam.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved