Opini
Bagaimana Komunikasi Jadi Senjata
Mengingat kita mengetahui bahasa merupakan sebuah sistem yang dimana diperuntukkan untuk dijadikan sebagai alat komunikasi bagi umat manusia.
Bagaimana komunikasi jadi senjata
Penulis: Egi Arfandi
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar
Di era sekarang, kelisanan dan keaksaraan sudah menjadi saksi dari perjalanan hidup manusia, yang dimana kita sudah berada dimasa komunikasi kelisanan maupun keaksaraan bisa dilakukan hanya dalam satu genggaman teknologi dibanding dengan masa sebelum-sebelumnya.
Mengingat kita mengetahui bahasa merupakan sebuah sistem yang dimana diperuntukkan untuk dijadikan sebagai alat komunikasi bagi umat manusia.
Menurut bahasa KBBI, bisa kelisanan berarti hal yang berhubungan dengan lisan yang dimana lisan itu sendiri berarti kata-kata yang diucapkan lewat mulut.
Sedangkan keaksaraan berarti hal yang berhubungan dengan menulis dan huruf.
Jadi, kelisanan dan keaksaraan menjadi pondasi utama sebuah bahasa itu karena peran mereka bisa membuat sebuah bahasa bisa digunakan sebagai menyampaikan komunikasi kepada sesama umat manusia.
Cara meyampaikan secara lisan, yaitu mengucapkan yang diiringi gerakan tubuh, dan tulisan/aksara, yaitu cara menyampaikan sebuah komunikasi atau informasi melalui sebuah tulisan seperti surat ataupun karya sastra lainnya.
Sehingga karya sastra pun tercipta untuk memberikan sebuah karya abstrak sekaligus tempat untuk membicarakan isu-isu sosial yang terjadi, tradisi menciptakan karya sastra di Indonesia sudah ada sejak terbentuknya balai pustaka yang merupakan penerbit buku yang didirikan oleh Belanda.
Seiring berkembangnya waktu, karya sastra begitu berkembang pesat dan sastra sekarang bisa dinikmati dimana pun seiring pula teknologi berkembang dan mudah dijangkau serta bentuk yang beragam seperti video, film, atau podcast yang itu merupakan sebuah langkah dalam modernisasi dalam kelisanan dan keaksaraan.
Dengan gaya bahasa yang berlandaskan gaya tulisan dan lisan membuat kelisanan dan keaksaraan bukanlah saling menggantikan tetapi saling melengkapi sehingga bisa membangun sebuah bahasa itu sendiri.
Selain itu, adanya sastra modern membuat kita sampai sekarang masih menikmati karya tersebut dan bahkan masih menjaga kelestarian dari sastra tradisional yang menjadi saksi dalam perjalanan dunia sastra tersebut.
Namun tantangan terbesar dalam masa sekarang itu menurunnya minat budaya membaca tradisional yang dipengaruhi penyajian konten-konten yang terkadang dari segi kualitasnya begitu buruk dibandingkan oleh tradisional yang memang selalu merujuk pada sebuah kontekstual dan memiliki kemampuan membaca dan menulis yang begitu kuat. Sehingga tetap menerapkan cara tradisional dan diimbangkan dengan masa sekarang.
Akan tetapi, dibalik munculnya keindahan abstrak dari karya sastra berkat terciptanya kelisanan dan keaksaraan, dia juga bisa menjadi sebuah senjata para politisi dalam hal memanipulasi para warga-warga, seperti memberikan janji-janji manis atau memberi pernyataan terkait isu-isu yang terjadi yang membuat masyarakat merasa lega padahal bisa saja tidak sesuai realita apa yang terjadi di lapangan.
Mereka sedang berusaha untuk memanipulasi masyarakat dengan cara men-brainwash atau mencuci otaknya seakan-akan pernyataan politisi itu tidak salah.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/TRIBUN-OPINI-Egi-Arfandi-Mahasiswa-Sastra-Indonesia-UNM.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.