Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Klakson

Serakah

Manusia memang lucu, kadang kala tak sadar, atau lupa keserakahan akan kuasa dianggap sebagai hal wajar.

Editor: Hasriyani Latif
Tribun Timur
Abdul Karim ketua Dewas LAPAR Sulsel yang juga Majelis Demokrasi dan Humaniora. Abdul Karim penulis tetap rubrik Klakson Tribun Timur. 

Oleh:
Abdul Karim
Ketua Dewas LAPAR Sulsel
Majelis Demokrasi dan Humaniora

TRIBUN-TIMUR.COM - Keserakahan manusia dimulai sejak dini, kita saksikan itu ketika manusia masih balita. Mainan yang disenanginya tak hendak ia lepaskan ditangan.

Mainan yang digemarinya tak rela ia pinjamkan pada yang lain. Bahkan, cenderung malah hendak menambah jumlah mainan yang dipegangnya.

Bila mainan itu dilepas, atau dirampas, ia meronta. Ia diam ketika kesenangan lain disuguhkan. Tanda keserakahan manusia, bermula terbaca dari sini.

Itulah pentingnya, sejak dini anak-anak kita dibekali dengan pendidikan anti keserakahan dengan benar, agar kelak mereka memahami bahwa keserakahan bukanlah hal baik.

Keserakahan adalah keburukan yang seringkali dianggap sebagai kebaikan. Literasi keserakahan mesti ditanam sejak dini pada akal dan kalbu mereka.

Sejak dini, mereka harus mampu membedakan mana keserakahan, mana kewajaran dan kebaikan. Sebab dizaman buram ini, keserakahan dan kebaikan kadangkala sulit dibedakan, kadangkala bercampur aduk, kadangkala tipis bedanya.

Serakah dianggap baik atas nama kesuksesan, dan kebaikan dianggap keserakahan. Kalau anak-anak kita tak diperkuat literasi terkit keserakahan, yakinlah mereka akan tumbuh dengan buasnya.

Sebab ketika beranjak dewasa, keserakahan manusia kian terbaca dengan jelasnya. Apalagi ketika ia mulai mengenal dunia suksesi; dunia yang bertabur kerikil-kerikil tajam dan cadas yang tak cukup dilalui hanya dengan ilmu kebal.

Manusia berambisi kesana dengan segala cara. Mulai cara-cara lancung, hingga cara-cara Fir’aun asalkan kekuasaan itu dapat diselipkan disakunya. Sebab disana kekuasaan tampak kemilau dan menggoda.

Serakahkah itu? Tentu saja, sebab kekuasaan yang sedang dikejar bukan sesuatu yang tunggal, sebab sebenarnya ia punya kuasa diruang lain.

Dengan itulah, kekuasaan yang sedang dikejar kadang kala rumit dimasukkan dalam kategori kesucian yang amanah.

Dalam konteks itu, bukan “amanah” yang menghampiri, tetapi manusia sebenarnya sedang memburu kekuasaan yang menggoda didepan hidung.

Dalam sistem agama, keserakahan sangat tegas dilarang. Agama-agama langit, tak pernah menyerukan ummatnya berlaku serakah.

Sebab keserakahan akan merusak berbagai ciptaan Yang Maha Kuasa dibumi. Namun, manusia dengan keserakahannya merusak ciptaan-ciptaaNYA, entah itu mahluknya, entah itu alamnya. Dan kekuasaanlah salah satu mediumnya.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved