Opini
Muhammadiyah Worldview
Worldview berguna memberi penjelasan mengenai realitas dan makna eksistensi; berperan dalam keberlangsungan dan perubahan moral sosial.
Warga persyarikatan harus menyadari bahwa ketika menjadi bagian dari Muhammadiyah, manfaat hidupnya tidak sebatas mengumpulkan materi untuk zona nyaman, perut dan ‘di bawah perut’.
Sebab kata Ali bin Abi Thalib, “Orang yang tujuan hidupnya hanya mengumpulkan bekal untuk isi perutnya, maka nilainya di mata Allah dan manusia hanya sebatas apa yang keluar dari isi perutnya”.
Di sinilah pentingnya memahami worldview Muhammadiyah bahwa beragama adalah untuk mewujudkan maslahat, dan maslahat secara bahasa adalah kebaikan dan kebermanfaatan.
Lawan kata dari mafsadat, kehancuran dan ketidak-manfaatan.
Dan tentu, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi selain dirinya, Khaerun naas anfa’uhum linnaas,” begitu sabda Nabi yang dirawikan Imam Muslim.
Kini usia Persyarikatan Muhammadiyah sudah 113 tahun, (18 November 1912-18 November 2025) dengan mengusung tema “Membangun Kesejahteraan Bangsa”.
Secara filosofis kesejahteraan tidak mungkin lahir dari ruang hampa, tanpa didukung perangkat yang tepat.
Sebab kesejahteraan adalah buah dari peradaban yang berlandaskan pada ilmu dan sains, dan teknologi yang ketiganya merupakan produk dari pendidikan yang berkualitas.
Melalui lembaga pendidikan berkualitas, integrasi ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah, inilah yang mampu melahirkan generasi unggul, melahirkan saintis dan ulama, politisi, tokoh pembaharu yang membangun bangsa dan negara sesuai kapasitas dan keahlian.
Sebab dalam persyarikatan Muhammadiyah, bukan wadah untuk bertanya, Saya dapat apa dan berapa?
Tetapi dimana pun berada apa yang engkau dapatkan untuk Islam, berapa banyak jasa dan sumbangsih yang engkau berikan untuk agama dan bangsa.
Dan tidak perlu mendeklarasikan diri sebagai golongan paling toleran, dan paling NKRI, sebab seringkali jadi anomali.
Merasa toleran tapi membubarkan pengajian yang tidak sepaham dengannya, merasa NKRI tapi akhirnya ketahuan korupsi, dst.
Warga Muhammadiyah tidak perlu diragukan totalitasnya membangun bangsa.
Tidak sekadar bertanya, Apa yang Muhammadiyah berikan pada negara? Tetapi apa yang negara telah berikan untuk Muhammadiyah.
Sebab setiap nafas, fikiran, gerak, amal, yang terakumulasi dalam Muhammadiyah Worldview niatnya hanya karena Allah dan untuk menegakkan sendi agama, Amar ma’ruf nahy munkar.
Muhammadiyah worldview sama saja dengan islamic worldview. Selamat Milad Persyarikatan Muhammadiyah ke-113. Mari bersama Membangun Kesejahteraan Bangsa!
| Kelisanan di Era Didital |
|
|---|
| Pelayaran Kedua Sang Nahkoda Ulung, Estafet Kepemimpinan untuk Kejayaan Universitas Hasanuddin |
|
|---|
| Kedaulatan Digital dalam Penyelenggaraan Pemilu |
|
|---|
| Pidana Mati di Indonesia: Antara Keadilan dan Kemanusiaan |
|
|---|
| Reorientasi Makna Pendidikan di Era Digital, Saatnya Pembelajaran Berpihak pada Manusia |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/20251003-Dr-Ilham-Kadir.jpg)