Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Cerita Bilqis dan Harapan untuk Lingkungan Ramah Anak

Nama Bilqis menjadi doa bersama. Sosoknya jadi simbol betapa rapuhnya perlindungan anak di ruang publik.  

|
Editor: Sudirman
Cerita Bilqis dan Harapan untuk Lingkungan Ramah Anak - 20251110-Itha-Ebenhizer.jpg
Ist
OPINI - ALITA KAREN Aktivis Perempuan / Kesetaraan Sulsel
Cerita Bilqis dan Harapan untuk Lingkungan Ramah Anak - ITha-Ebenhizer-aktivis-perlindungan-anak-Sulsel.jpg
dok_humas_Pemkot Makassar
ALITA KAREN _, Aktivis Perempuan dan Perlindungan Anak Sulsel saat menerima Penghargaan Pemerintah Kota Makassar, November 2025 dari Walikota Makassar Munafri Arifuddin dan Wakil Walikota Makassar Aliyah Mustika Ilham di event HUT 418 Kota Makassar, Minggu (9/11/2025) pagi di Lapangan Karebosi, Pattunuang, Makassar.

Oleh: Alita 'Itha' Karen 

Aktivis Perempuan dan Perlindungan Anak Sulsel

TRIBUN-TIMUR.COM - BILQIS adalah momen mengajarkan anak-anak terkasih kita mengenali bahaya dan cara meminta pertolongan. 

Di sebuah pagi cerah di Makassar, tawa Bilqis anak berusia empat tahun menggema. Tawa jujurnya melengking di Taman Pakui Sayang, Rappocini. 

Matanya penuh cahaya, menjadi bagian dari suasana riuh para pemain tenis di lapangan. Termasuk ayahnya.

Orang dewasa berlalu lalang. Lari, jalan, mencari keringat, memanaskan tubuh.

Anak lain, seusia Bilqis,  juga riang bermain. Bukan demi keringat melainkan adrenalin bahagia.

Namun dalam sekejap, tawa itu terputus. 

Bilqis hilang dari pandangan.

Ia terseret dalam rencana gelap orang dewasa. 

Bilqis diculik pedagang.

Jaringan jahat yang menjadikan anak sebagai komoditas. 

Di mata pedagang itu, Bilqis tak ubahnya roti atau bawang dagang pasar. 

ITha Ebenhizer, aktivis perlindungan anak Sulsel
ALITA KARE, Aktivis Perempuan dan Perlindungan Anak Sulsel saat menerima Penghargaan Pemerintah Kota Makassar, November 2025 dari Walikota Makassar Munafri Arifuddin dan Wakil Walikota Makassar Aliyah Mustika Ilham di event HUT 418 Kota Makassar, Minggu (9/11/2025) pagi di Lapangan Karebosi, Pattunuang, Makassar.

Hari-hari berikut berubah jadi gulungan kecemasan. 

Orang tua menangis, masyarakat berdoa dan membantu untkencari jejak.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved