Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Melentingkan Sidrap: dari Lumbung Narkoba ke Lumbung Padi, Kini Jadi Laboratorium Pangan Nasional

Syaharuddin Alrif Bupati Sidrap menerima penghargaan “Inovasi untuk Bangsa” berkat inovasi di bidang pertanian

Editor: Ari Maryadi
Istimewa
M. Haris Syah 

Oleh: M. Haris Syah, S.Pd., Gr., M.Pd.
Orang Sidrap


ORANG Sidrap patut berbangga sepekan ini. Bupatinya tampil di dua layar TV Nasional. Mengamplifikasi citra harum Sidenreng Rappang, menggema ke penjuru negeri.

Pertama, Syaharuddin Alrif menerima penghargaan Best Regional Leaders dari media ekonomi terbesar di Indonesia, CNBC.

Pak Bupati meraih Top Regional Food & Energy Security Champion, yang diserahkan langsung Wamendagri Bima Arya.

Tadi malam, giliran tvOne yang mengundang pemilih tagline “Alako!” ini.

Bupati menerima penghargaan “Inovasi untuk Bangsa” berkat inovasi di bidang pertanian.

Sebagai eks jurnalis, saya tahu betul tvOne tak sembarangan memilih penerima. 

Kurasi yang panjang dan penilaian ketat harus dilalui.

Sejak beberapa tahun terakhir, penghargaan ini diberikan kepada pemimpin-pemimpin yang berhasil melakukan lompatan di bidang strategis.

PANEN - Bupati Sidrap Syaharuddin Alrif turun langsung panen bersama petani beberapa waktu lalu.
PANEN - Bupati Sidrap Syaharuddin Alrif turun langsung panen bersama petani beberapa waktu lalu. (Humas Pemkab Sidrap)

Nama-nama seperti Khofifah Indar Parawansa (Jawa Timur), I Nyoman Giri Prasta (Badung), dan Ipuk Fiestiandani (Banyuwangi) pernah naik ke panggung yang sama.

Yang menarik, dua penghargaan berturut-turut ini bukan lahir dari kebijakan berbiaya fantastis.

Salah satu kunci keberhasilan itu ada pada cara SAR menafsir ulang pertanian. Bukan sekadar sawah dan cangkul, tapi ruang kreatifitas. 

SAR membentuk Brigade Pangan, gerakan yang melibatkan anak muda untuk turun langsung ke sektor pertanian.

Saya melihat langsung, di masa-masa awal pembentukan brigade ini, Pak Bupati langsung yang menawarkan anak-anak muda bergabung. Bahkan mereka dicetakkan sawahnya. Gratis!.

Di tangan mereka, sawah tak lagi menjadi simbol keterbelakangan, melainkan ladang inovasi.

Petani mampu mengelola lahan dengan sistem digitalisasi, mengintegrasikan data cuaca, pupuk, hingga harga gabah.

Anak muda bangga menjadi bagian ekosistem pertanian.

Inovasi SAR tak berhenti di situ.

Ia menggandeng PLN menggenjot Program Listrik Masuk Sawah, dengan menyasar 18 ribu hektar.

Membuat sawah tadah hujan tak lagi khawatir kekeringan, karena pompanisasi tak harus bergantung pada gas dan bensin.

Kemudian, program IP300 menjadi salah satu strategi meningkatkan produksi beras nasional.

Distribusi pupuk diperbaiki, harga gabah dijaga agar petani tetap untung, dan hasil panen diarahkan pada hilirisasi lokal, diolah dan dikemas di Sidrap sendiri. 

Hasilnya nyata. Produksi beras tahun ini mencapai 319,261 ton. Naik 24 persen dibanding tahun lalu. Ini rekor tertinggi sejak 2018.

SAR sudah on the right track merubah imaji publik terhadap bumi Nene Mallomo.

Sidrap yang dulu kerap disebut-sebut dalam berita kriminal, mulai dari narkoba hingga penipuan online, kini melenting tinggi dengan wajah baru: sebagai lumbung padi dan laboratorium inovasi pangan nasional.

Pemda agraris lainnya tak segan belajar di Sidrap. Demak, Kutai Timur, Pagar Alam, datang menduplikasi dan menyempurnakan inovasinya.

Sidrap menjadi contoh konkret bagaimana menyambungkan energi, teknologi, pasar, dan sumber daya manusia ke dalam satu narasi ketahanan pangan. 

Kekurangan tentu ada. Tapi pepatah bilang Roma tidak dibangun dalam sehari.

Apalagi SAR belum setahun jadi bupati. Ia selalu berpesan, apa yang dicapai ini adalah milik seluruh masyarakat Sidrap. 

Karena di balik setiap programnya yang sukses, ada petani yang tekun, anak muda yang mau belajar, dan jajaran aparatur negara yang rela bekerja di luar zona nyaman. 

Saromase Sidenreng Rappang !

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved