Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Sumpah Pemuda: Memahat Batu Nisan KNPI!?

bangsa Indonesia berkumpul untuk menghidupkan kembali semangat Sumpah Pemuda 1928 setiap tanggal 28 Oktober.

Editor: Muh Hasim Arfah
Dok Pribadi
SUMPAH PEMUDA-Aktivis Pemuda sekaligus Komandan Kokam PP Pemuda Muhammadiyah, Elli Oschar. Ia menyampaikan Sumpah Pemuda, yang seharusnya menjadi roh pergerakan, kini terasa seperti monumen yang dikunjungi setahun sekali. 

Data Keterbelahan: Survei LSI Denny JA (2023) menunjukkan politik identitas masih kuat.

Pemuda terpolarisasi bukan berdasarkan afiliasi organisasi, tetapi berdasarkan narasi yang mereka konsumsi di ruang gema (echo chambers) masing-masing.

Dalam konteks ini, upaya KNPI untuk "memersatukan" pemuda adalah sebuah anachronism. Pemuda sudah tidak butuh satu wadah, mereka butuh aksi nyata. Mereka tidak butuh diwakili, mereka mampu bersuara sendiri. Kematian KNPI bukanlah tragedi, melainkan konsekuensi logis dari demokratisasi suara.

Sumpah Pemuda 1928 adalah tentang konsolidasi. Pemuda dari berbagai latar belakang bersatu melawan penjajah dengan satu suara.

"Sumpah Pemuda" 2025 adalah tentang disrupsi dan diversifikasi. Pemuda dari berbagai latar belakang bersatu dalam kelompok-kelompok kecil untuk melawan ketidakadilan, kerusakan lingkungan, dan disinformasi dengan seribu cara.

Semangatnya sama: perubahan. Namun, medan tempurnya telah berubah total. KNPI, yang lahir dari semangat konsolidasi Orde Baru, terjebak dalam paradigma lama, sementara pemuda hari ini telah melompat jauh ke depan.

Maka, memperingati Sumpah Pemuda dengan terus meratapi relevansi KNPI adalah pekerjaan yang sia-sia. Itu seperti sibuk memahat batu nisan dengan indah, alih-alih menanam benih pohon baru.

Apa yang harus dilakukan?

Pertama, hentikan romantisme pada wadah tunggal.

Pemerintah dan masyarakat harus berhenti memaksakan satu suara untuk pemuda. Biarkan seribu suara pemuda berkarya sesuai passion dan keahliannya.

Kedua, dengarkan suara di luar podium. Suara pemuda yang paling otentik ada di lapangan: pada pengusaha muda startup, relawan bencana, aktivis hukum, dan seniman jalanan. Mereka adalah "KNPI" yang sesungguhnya.

Ketiga, beri ruang, bukan instruksi.

Pemerintah seharusnya tidak membentuk dan mengatur suara pemuda, melainkan menciptakan ekosistem (melalui kebijakan pendidikan, ekonomi, dan digital) yang memungkinkan setiap potensi pemuda tumbuh.

Sumpah Pemuda bukan tentang melestarikan sebuah organisasi.

Ia adalah tentang melestarikan semangat untuk berani mendefinisikan ulang masa depan bangsanya.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved