Opini
Membedah Proses Kreatif Menulis KH Masrur Makmur
Dr. K.H. Masrur Makmur tampil memukau di Workshop Literasi Santri Digital. Semangat menulisnya disebut setara Ibnu Batutah dan Buya Hamka.
Membedah Proses Kreatif Menulis K.H. Masrur Makmur
Oleh : Bachtiar Adnan Kusuma
Deklarator Nasional Asosiasi Penulis Profesional Indonesia
TRIBUN-TIMUR.COM - Apa menarik di Hari Santri Nasional, pada Rabu 22 Oktober 2025?
Pertama, penulis merasa sangat istimewa, selain diundang menjadi pembicara di Workshop Literasi Santri Berbasis Digital di Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Shohwatul Is’ad Kabupaten Pangkep menghadirkan Pembicara utama santri ulama yang juga pengusaha dan penulis, Dr. K.H. Masrur Makmur Latanro, M.Pd.I.
Kedua, sehari sebelum puncak Hari Santri Nasional (HSN), tepatnya Selasa pada 21 Oktober 2025, Institut Agama Islam Darud Dakwah wal-Irsyad (DDI) Mangkoso, Kabupaten Barru menggelar Workshop Santri Menulis yang dibuka Kepala Dinas perpustakaan dan Kearsipan Kab. Barru, Fariadi Abujahja, atas prakarsa Pembantu Rektor III IAI DDI Mangkoso, Ahmad Rasyid.
Ketiga, puncak HSN, penulis ikut serta upacara HSN di Lapangan Pallantikang Kantor Bupati Maros yang dipimpin Bupati Maros Chaidir Syam.
Terima kasih Bapak Bupati Chaidir Syam dan terima kasih kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Maros, Dr. Muhammad, S.Ag.M.Ag., yang menyerahkan penghargaan kepada penulis selaku Mentor dan Penggerak Literasi Santri di Kab. Maros.
Pada, Rabu 22 Oktober 2025 siang, di Auditorium Ponpes PPMI Shohwatul Is’ad diselenggarakan Worskhop Literasi Digital Santri dengan pembicara utama Dr. K.H. Masrur Makmur, M.Pd.i. dan penulis didapuk sebagai pembicara sesi akhir, diikuti 700 orang santri, Direktur Ponpes PPMI Syamsuddin, staf pengajar serta Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Pangkep, Muhiddin.
Menariknya karena Dr. K.H. Masrur telah menulis puluhan buku, menegaskan bahwa penguatan literasi tidak hanya menjadi kebutuhan pendidikan, tetapi bentuk perlawanan terhadap stagnasi berpikir dan keterbelakangan umat.
Literasi kata Alumni Ponpes IMMIM dan Unhas ini, bukan sekadar kegiatan membaca dan menulis, melainkan manifestasi dari jihad intelektual.
Pesantren harus menjadi pusat lahirnya pemikir-pemikir Islam yang mencerahkan umat melalui karya-karya ilmiah dan sastra.
Masrur berpendapat bahwa menulis adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari santri dan ulama.
Para santri dan ulama telah menjadi figur sentral yang memiliki kemampuan menulis yang piawai.
Dengan karya tulisan para ulama kita sesungguhnya telah mewariskan budaya intelektual tinggi berbasis pesantren yang tetap dikenang sampai kapanpun.
| Hapus Roblox dari Gawai Anak: Seruan Kewaspadaan di Tengah Ancaman Dunia Virtual |
|
|---|
| Mendobrak Tembok Isolasi: Daeng Manye, Perjuangan Tanpa Henti untuk Setiap Jengkal Tanah Takalar |
|
|---|
| Desentralisasi Kehilangan Nafas: Ketika Uang Daerah Mengendap |
|
|---|
| Transformasi Unhas, Melawan Kebencian dan Irasional |
|
|---|
| Spirit Resolusi Jihad dan Santri Indonesia: Dari Medan Perang ke Medan Peradaban |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.