Opini
Anak-anak Keracunan, Netizen Geram: Benarkah Makan Bergizi Gratis yang Salah?
Kita perlu menelaah persoalan ini dengan kepala dingin, bukan semata mengikuti arus komentar warganet.
Publikasikan hasil audit dan uji laboratorium agar publik tahu langkah perbaikan yang diambil.
5. Opsi voucher gizi.
Bagi daerah yang kesulitan logistik, berikan voucher pangan yang hanya bisa ditukar di penyedia yang terverifikasi.
6. Investasi SDM dan infrastruktur.
Latih juru masak, sediakan transportasi berpendingin, dan perbaiki dapur sekolah.
Prof.Syafiq menambahkan, “Investasi untuk dapur sekolah dan pelatihan juru masak memang mahal di awal, tetapi jauh lebih murah dibanding biaya kesehatan akibat keracunan dan gizi buruk.”
Kesimpulan: Jangan Hapus, tapi Perbaiki dengan Standar Tinggi
Menolak MBG berarti membiarkan jutaan anak kehilangan kesempatan mendapatkan asupan gizi yang lebih baik di sekolah.
Namun menutup mata pada persoalan keamanan pangan sama saja mengorbankan kesehatan mereka.
Pilihan rasional bukanlah menghentikan atau menyerahkan uang tunai begitu saja, tetapi mendisiplinkan pelaksana dengan standar profesional.
Dengan tata kelola yang benar, MBG bisa menjadi investasi sosial-ekonomi jangka panjang, memperkuat SDM Indonesia sejak dini.
Program ini ibarat jembatan menuju masa depan anak-anak. Jika tiangnya rapuh, jangan dibakar habis, perkuatlah pondasinya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.