Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Kerentanan Saling Mengunci di Pesisir: Kemiskinan Struktural dan Perubahan Iklim

Di wilayah seperti Kepulauan Spermonde, nelayan skala kecil menghadapi badai yang tak sekadar datang dari laut.

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Prof Dr Andi Adri Arief SPi MSi Guru Besar Sosiologi Perikanan Universitas Hasanuddin 

Beasiswa afirmatif, sekolah kontekstual (Sekolah Rakyat) yang menyatu dengan ekosistem pesisir, serta pelatihan vokasional berbasis lokal harus menjadi prioritas.

Lebih jauh lagi, strategi adaptasi tidak boleh mengabaikan dimensi pengetahuan dan ketahanan kolektif.

Mengintegrasikan riset ilmiah dengan pengetahuan lokal serta membangun institusi yang mampu meningkatkan kapasitas sosial rumah tangga adalah langkah tak terelakkan.

Hal ini mencakup pelatihan teknologi penangkapan ramah lingkungan dan jaminan sosial berbasis risiko iklim, sehingga masyarakat pesisir tidak hanya diminta bertahan—tetapi mampu merancang masa depan mereka sendiri secara bermartabat.

Menghadapi Dua Kerentanan yang Saling Mengunci

Ketika dua kerentantan besar—kemiskinan struktural dan perubahan iklim—bertemu di ruang hidup masyarakat pesisir, maka yang terjadi bukan sekadar penderitaan ganda, tetapi krisis yang saling memperdalam dan mempercepat keterpurukan.

Kemiskinan struktural yang telah lama membelenggu rumah tangga pesisir membuat mereka tidak memiliki cadangan sosial maupun ekonomi untuk menghadapi perubahan iklim yang semakin tidak terprediksi. 

Sementara itu, dampak iklim yang ekstrem, seperti gelombang tinggi, cuaca tak menentu, dan rusaknya ekosistem laut, semakin mempersempit pilihan hidup mereka.

Dalam kondisi demikian, rumah tangga pesisir menghadapi bahaya ganda: kerentanan ekonomi yang membuat mereka bergantung pada satu sumber penghidupan, dan kerentanan ekologis yang membuat sumber itu semakin rapuh.

Tanpa intervensi struktural, keduanya akan terus saling mengunci, membuat keluar dari lingkaran kemiskinan menjadi nyaris mustahil.

Karena itu, solusi tidak bisa lagi bersifat sektoral dan teknokratis. Diperlukan pendekatan kebijakan yang holistik, berbasis keadilan sosial-ekologis, yang mengakui rumah tangga pesisir bukan hanya sebagai objek bantuan, melainkan sebagai agen sosial yang punya hak atas hidup yang layak.

Penguatan ekonomi lokal, pengakuan atas kerja perempuan, integrasi pengetahuan lokal dan ilmiah, serta pendidikan kontekstual untuk generasi muda adalah jalan untuk membebaskan mereka dari jebakan dua krisis ini.

Sudah waktunya negara tidak lagi menuntut ketahanan dari masyarakat yang telah lama dibiarkan sendiri.

Yang dibutuhkan bukan sekadar bertahan, melainkan tumbuh: menjadi kuat secara sosial, tangguh secara ekologis, dan merdeka secara struktural.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Miris

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved