Opini
Jejak Rasionalisme dalam Pemikiran Modern
Ia menanggapi arus keraguan itu bukan dengan menyerah, melainkan menjadikannya metode berpikir.
Auguste Comte meneruskan semangat Pencerahan ke ranah sosiologi dengan hukum tiga tahap: teologis, metafisik, dan positif.
Menurutnya, masyarakat modern harus ilmiah, rasional, empiris, dan terorganisir.
Herbert Spencer menambahkan gagasan evolusi sosial: masyarakat berkembang dari bentuk sederhana ke kompleks, mirip organisme hidup.
Dari sini lahir penjelasan bahwa hukum, ekonomi, dan politik saling terkait dan tumbuh melalui diferensiasi fungsi.
Durkheim, tokoh sosiologi modern, menegaskan bahwa masyarakat bisa dikaji dengan cara ilmiah seperti alam.
Fakta sosial baginya adalah sesuatu yang nyata, bisa diamati, diukur, dan diuji secara objektif.
Sejarah pemikiran modern mengajarkan bahwa akal bukan sekadar alat logika, tapi motor untuk melawan ketidakadilan, kebodohan, dan penindasan.
Namun, warisan Pencerahan pun perlu dikritisi. Tantangan hari ini mulai dari krisis ekologi, polarisasi politik, algoritma digital, sampai pengetahuan palsu menuntut kita tak hanya mengandalkan rasionalitas teknis, tapi juga menumbuhkan kebijaksanaan etis.
Menjadi rasional hari ini artinya bukan cuma berpikir deduktif, tapi juga berani mempertimbangkan manfaat, moralitas, dan kemanusiaan.
Rasio perlu berdampingan dengan kepekaan sosial, keberlanjutan ekologi, dan penghargaan pada keragaman budaya.
Sejarah pemikiran modern adalah sejarah perlawanan yang tak pernah selesai. Sapere aude! bukan sekadar semboyan abad ke-18, tapi ajakan abadi bagi siapa saja yang menolak tunduk pada dogma, fanatisme, dan otoritarianisme baru.
Di tengah kabut disinformasi dan polarisasi, menjaga nyala Pencerahan berarti merawat ruang dialog, membela ilmu pengetahuan, dan menanamkan etika berpikir kritis di ruang publik.
Hanya dengan itu akal, warisan terbesar umat manusia, tetap bisa jadi cahaya penuntun.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.