Opini
Jejak Rasionalisme dalam Pemikiran Modern
Ia menanggapi arus keraguan itu bukan dengan menyerah, melainkan menjadikannya metode berpikir.
Immanuel Kant datang sebagai penengah dengan filsafat kritisisme. Ia menawarkan sintesis: pengetahuan memang berawal dari pengalaman, tapi harus disaring oleh kerangka bawaan rasio.
Moto Kant, “Sapere aude!” beranilah menggunakan akalmu sendiri menjadi semangat untuk membebaskan manusia dari ketergantungan intelektual.
Bagi Kant, rasionalitas tidak berhenti pada logika, tapi menjadi dasar etika universal dan kebebasan moral.
Pencerahan bukan cuma urusan para filsuf, tapi juga gerakan sosial. Voltaire berdiri di barisan depan melawan fanatisme agama dan tirani, menegaskan bahwa kebebasan berpikir adalah hak dasar manusia.
Denis Diderot, lewat proyek Encyclopédie, menunjukkan bahwa pengetahuan bisa menjadi senjata untuk melawan kebodohan yang dilembagakan.
Encyclopédie lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi gereja atas ilmu dan pendidikan.
Di sisi lain, Jean-Jacques Rousseau mengambil posisi yang agak berbeda. Ia justru mengkritik keyakinan Pencerahan bahwa kemajuan teknis otomatis membawa kemajuan moral.
Menurutnya, peradaban sering malah menjauhkan manusia dari keaslian dan solidaritas.
Rousseau menekankan bahwa kebebasan sejati lahir dari kesadaran kolektif lewat volonté générale, bukan hanya kebebasan individu.
Montesquieu menambah fondasi politik modern lewat gagasan trias politica: pembagian kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Konsep ini jadi kerangka demokrasi konstitusional sampai sekarang, termasuk di Indonesia.
Dari Kant, lahir generasi idealis Jerman seperti Fichte, Schelling, dan Hegel. Fichte memperluas gagasan Kant dengan Wissenschaftslehre, refleksi kritis tentang pengetahuan, menekankan bahwa subjek (ego) aktif membentuk realitas.
Schelling melihat alam sebagai bagian dari roh mutlak, seolah mengantisipasi krisis ekologi modern dengan menempatkan alam dalam kesadaran manusia.
Hegel, lewat dialektikanya, memandang sejarah sebagai drama gagasan: tesis, antitesis, sintesis.
Baginya, pertentangan bukan bencana, tapi syarat lahirnya kesadaran baru yang membawa manusia pada kebebasan lebih tinggi. “Apa yang rasional itulah yang nyata,” katanya, yang berarti rasio dan realitas terikat dalam gerak sejarah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.