Opini
Krisis Moral di Balik Euforia Konser Coldplay: Reputasi Runtuh karena 5 Detik
Pelukan di konser Coldplay berubah jadi skandal. CEO dan Chief HR terekam mesra, berdampak ke reputasi perusahaan.
“Uh oh, what? Either they’re having an affair or they’re just very shy,” ujar Chris Martin, disambut gelak tawa ribuan penonton.
Lucu? Mungkin sesaat.
Tapi efeknya luar biasa.
Beberapa jam kemudian, publik mengetahui identitas pasangan itu:
Andy Byron, CEO perusahaan Astronomer, dan Kristin Cabot, Chief People Officer perusahaan yang sama.
Apa yang awalnya hanya gimmick hiburan berubah menjadi bencana reputasi tingkat global.
Astronomer, meski memakai nama “astro”, bukan lembaga luar angkasa, melainkan startup teknologi yang bergerak di bidang orkestrasi data.
Mereka mengelola aliran data perusahaan agar berjalan otomatis, efisien, dan terpantau.
Lewat produk andalan Astronomer Cloud, klien bisa mengatur jadwal, memantau, dan mengoptimalkan alur data dari berbagai sumber seperti transaksi digital, API, sensor, hingga database.
Sebagai humas pemerintahan, penulis terbiasa memisahkan masalah privat dan publik.
Tapi di era komunikasi modern, batas itu kian kabur.
Kita hidup di zaman di mana kamera ada di mana-mana, dan persepsi publik bisa dibentuk hanya dari cuplikan video lima detik.
Itulah inti persoalan dalam skandal ini: persepsi publik.
Dalam ilmu komunikasi strategis, brand bukan sekadar logo atau slogan.
Merujuk Kevin Lane Keller, Profesor Pemasaran dari Tuck School of Business, brand adalah:
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.