Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Korupsi Chromebook di Kemendikbud

Ratusan Laptop Chromebook Ditumpuk di Tempat Service Komputer di Bulukumba

Pengusaha service komputer di Bulukumba bernama Yusman Wahab mengungkap bahwa ada ratusan chromebook telah ditumpuk di tokonya.

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM/Samsul Bahri
LAPTOP CHROMEBOOK - Direktur CV Polewali Computer, Yusman Wahab memperlihatkan cara kerja program chromebook di tokonya di Jl Jenderal Sudirman pada Jumat (18/7/2025). Di Bulukumba ada ratusan chromebook tak dapat digunakan dengan baik oleh guru 

TRIBUN-TIMUR.COM, BULUKUMBA - Pengusaha service komputer di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan mengungkap ratusan laptop chromebook ditumpuk di tokonya.

Pengusaha service komputer di Bulukumba bernama Yusman Wahab mengungkap bahwa ada ratusan chromebook telah ditumpuk di tokonya.

"Di sini itu pernah ada ratusan chromebook yang dibawa para guru untuk diservice, minta ganti aplikasi," kata Direktur CV Polewali Computer, Yusman Wahab, Jumat (18/7/2025).

Para guru dan kepala sekolah membawa ke tempat servicenya agar dapat digantikan aplikasi dalam chromebook tersebut.

Para guru menyebut jika aplikasi dalam chromebook itu sulit diaplikasikan tidak sama program laptop atau komputer pada umumnya.

"Para guru terkendala menggunakan alat itu karena mereka nilai sulit aplikasinya sehingga meminta digantikan program aplikasi yang standar," beber Yusman Wahab.

Kejadian itu sejak tahun 2021 sampai tahun 2024.

Hanya saja upaya para guru dan kepala sekolah tersebut tidak berjalan mulus.

Baca juga: Berapa Harga Chromebook? Ramai Dibahas Diduga Dikorupsi Eks Pegawai Kemendikbud

Sebab aplikasi dalam chromebook tidak dapat digantikan dengan aplikasi standar sebab memiliki aplikasi khusus bawaan prangkat tersebut.

Hingga saat ini para guru tak dapat memaksimalkan penggunaan alat tersebut di Bulukumba.

Selain dinilai sulit aplikasinya juga sejumlah daerah di Bulukumba tak terkoneksi jaringan wifi Telkom.

Sehingga harus menggunakan paket data jika daerah tersebut terjangkaut internet seluler, itupun dinilai operasionalnya mahal.

Kepala Dinas Pendidikan Bulukumba, Andi Buyung Saputra membenarkan kendala tersebut.

Namun guru yang mengetahui aplikasinya maka dapat membantu media pembelajaran.

"Barang itu bermanfaat karena guru bisa menggunakan assesment secara online," katanya.

Baca juga: Laptop Berbasis Chromebook Banyak Dikeluhkan, Pengamat IT UNM Beberkan Penyebabnya

Sedang minusnya kata Andi Buyung, jika daerah belum tersentuh internet harus menggunakan paket data dari tenaga pendidik atau siswa itu sendiri.

Kendalanya di jaringan kabel optik yang belum sampai di beberapa daerah, masih menggunakan jaringan GSM.

Sehingga alat itu kerap terganggu jaringan GSM kadang terkendala cuaca, beda dengan sistem kabel optik yang stabil, jelasnya.

Pengadaan chromebook ini dengan menggunakan sumber anggaran DAK. 

Respon Ahli

Pengadaan laptop berbasis chromebook menjadi perbincangan publik saat ini.

Pasalnya, pengadaan laptop chromebook ini disinyalir ada dugaan korupsi dilakukan Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi RI (Kemdikbudristek) era Nadiem Makarim.

Tak hanya masalah rasuah, laptop dengan sistem operasi (OS) berbasisi Chrome tersebut tak bisa dimaksimalkan untuk pembelajaran.

Lantaran spesifikasi dan perangkatnya tak mendukung.

Banyak pula yang telah alami kerusakan.

Pengamat IT, Wahyu Hidayat M, menjelaskan, chromebook itu memiliki sistem operasi seperti, Windows dan Linux. 

Wahyu Hidayat M merupakan Dosen Tekologi Informasi dan Komputer Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar (FT-UNM).

Namun, yang banyak dikeluhkan oleh pihak sekolah adalah spesifikasi laptopnya.

Pertama, layar dimiliki sangat kecil.

Hal ini menyulitkan bagi para guru ketika pembelajaran, utamanya saat Covid-19.

Apalagi, kala itu pembelajaran secara online bisa sampai enam-delapan jam.

Ditambah lagi, random access memorynya (RAM) terbatas, cuma empat gigabyte (GB).

“Hanya beberapa aplikasi bisa dibuka. Kalau membuka aplikasi sambil zoom atau google meet pasti akan lemot, jadi tidak efektif. Itu permasalahannya,” jelasnya saat dihubungi Tribun-Timur.com, Kamis (17/7/2025).

Kedua, ia melihat laptop berbasis chromebook itu hanya bisa digunakan belajar dan mengerjakan tugas. Tak bisa dieksplor untuk pembelajaran yang menggunakan aplikasi.

“Jadi spesifikasi seperti itu kalau dipakai belajar dan mengetik saja atau membuka aplikasi office bagus. Tapi kalau dipakai lama dengan intensitas tinggi, tak akan efektif,” tambahnya.

Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar (FT-UNM) ini juga menyoroti pengadaan laptop berbasis chromebook tersebut karena dinilainya tak adil.

Laptop diberikan kepada sekolah yang memiliki akses internet. Di lain sisi tidak semua sekolah memiliki akses internet bagus, bahkan ada yang tidak ada sama sekali.

“Dari segi konsep keadilan, bagaimana adik-adik kita yang sekolahnya masih sulit akses internet. Di Indonesia bagian timur,belum semua bagus akses internet dibandingkan Indonesia bagian barat,” tuturnya.

Tak Perhatikan Kualitas

Laptop berbasis chromebook sudah banyak alami kerusakan di beberapa daerah. Nahasnya, untuk memperbaiki cukup sulit dan mahal. Suku cadangnya pun sulit didapatkan.

Wahyu HM menduga Kemdikbudristek tak terlalu memperhitungkan resiko kerusakan laptop chromebook ini saat pengadaan.

Ia menyebut, barang-barang elektronik jika harganya murah, spesifikasinya pasti kurang juga, alat-alatnya susah dan rentan.

Sebab, dari awal Kemdikbudristek memang menekan harga supaya dapat selisih agak tinggi. Total anggaran pengadaan mencapai Rp 9,3 triliun.

Di lain sisi, pabrik kalau tak siap memproduksi pasti asal-asalan. Tak memikirkan standar produksinya.

Belum lagi sumber daya manusia (SDM) yang tak siap, alat terbatas dan laptop speknya kurang.

Olehnya itu, dosen berusia 33 tahun ini meminta Kemendikbudristek melakukan analisis wacana sebelum mengambil kebijakan.

Supaya pengadaan barang kedepannya untuk membantu bidang pendidikan bisa maksimal.

“Pastikan ada analisa wacana. Perlu dipahami kebutuhan di Indonesia barat dan timur itu berbeda. Misal, Indonesia timur infrastrukturnya dulu diadakan, jaringannya dlu, jangan laptopnya,” ungkapnya.

Kemudian SDM guru ditingkatkan. Ia juga meminta belajar dari kasus laptop berbasis chromebook ini, pengadaan laptop ke depannya harus memperhatikan spesifikasi.

Bukan hanya untuk word, excel, tapi lebih dari itu. Tak lupa kapasitas RAMnya harus besar.

“Jadi pengadaan itu bukan dua tiga tahun saja, tapi lima-sepuluh tahun ke depan,” pungkasnya.(*)

 

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved