Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Hari Anak Sedunia: Menyoal Keadilan Bagi Anak Palestina

PBB baru saja membentuk komite khusus yang melaporkan bahwa metode peperangan israel di jalur Gaza sesuai dengan ciri-ciri genosida.

Editor: Sudirman
Ist
dr Airah Amir Dokter dan Pemerhati Kesehatan Masyarakat 

TRIBUN-TIMUR.COM - HARI anak sedunia yang diperingati setiap tanggal 20 November adalah waktu untuk meningkatkan kesadaran kita akan hak-hak anak, termasuk perlindungan terhadap anak, tak terkecuali hak hidup anak Palestina yang terancam oleh agresi.

Terabainya hak anak Palestina nyata terjadi hari ini. Jangankan hak atas nutrisi, pendidikan, kesehatan, sanitasi ataupun kekerasan, hak untuk hidup saja mereka tak mendapatkan jaminan.

Betapa banyak anak Palestina yang menjadi korban agresi zionis, bahkan telah banyak yang menjadi korban ketika masih di dalam kandungan.

PBB baru saja membentuk komite khusus yang melaporkan bahwa metode peperangan israel di jalur Gaza sesuai dengan ciri-ciri genosida.

Laporan dari komite khusus tersebut yang dirilis Kamis (14/11/2024) menyebutkan korban jiwa massal dan kondisi mengancam nyawa yang terjadi di Gaza dilakukan secara sengaja oleh militer israel. (Tribunnews.com,
18/11/2024)

Rakyat Palestina telah mengalami penindasan selama delapan dekade terakhir.

Israel secara perlahan memperluas wilahnya dengan mengorbankan dan merampas hak rakyat Palestina, tak terkecuali anak.

Serangan zionis pada penduduk Gaza yang tak kunjung henti kini dihadapkan pada bencana lain, yaitu kelaparan, dehidrasi dan malnutrisi.

Bencana yang akan membawa anak-anak Gaza pada kematian.

Agresi zionis telah mengepung dan menginvasi Gaza utara dan mengakibatkan kerusakan parah sejak akhir tahun 2023.

Jumlah korban jiwa di jalur Gaza saat ini mencapai 42.603 dan 99.795 jiwa terluka dan lebih seribu orang diduga terkubur dibawah reruntuhan bangunan.

Warga yang masih hidup harus menghadapi ancaman kelaparan dan pengungsian.

Badan khusus PBB untuk Palestina (UNRWA) yang dilansir di laman Kompas.com (27/6/2024) menyebutkan lebih dari 50.000 anak memerlukan perawatan untuk malnutrisiakut dan setidaknya 34 anak telah meninggal akibat malnutrisi di Gaza.

Jumlah yang mungkin saja lebih tinggi mengingat sulitnya akses ke Gaza yang telah menghambat lembaga bantuan untuk meninjau krisis disana dan menghambat bantuan makanan ke daerah tersebut.

Hal yang memaksa orangtua menyaksikan anak mereka dalam kondisi mati kelaparan.

Belum lagi akses air bersih yang semakin terbatas. Lebih dari setahun agresi yang menyebabkan pengeboman terhadap infrastruktur dan merusak lingkungan di sekitarnya.

Dilansir dari UNRWA, setidaknya 67 persen fasilitas air dan sanitasi di jalur Gaza telah hancur, termasuk 5 pabrik pengolahan air limbah di Gaza yang telah ditutup.

Agresi telah menyisakan kehancuran bagi wilayah dan mengorbankan manusia yang hidup disana.

Menurut laporan riset Crisis in Gaza : Scenario-based Health Impact Projections, tingkat malnutrisi akut di kelompok anak usia 6 bulan hingga 59 bulan di jalur Gaza sebelum perang berkecamuk mencapai 3,2 persen.

Namun pada Juli tahun 2024, PBB mencatat telah terjadi peningkatan angka malnutrisi lebihdari 300 persen yaitu 145 kasus pada bulan Mei menjadi 650 kasus pada bulan Juli tahun 2024. (Antaranews.com, 6/8/2024)

Bencana kelaparan dan malnutrisi akut pada anak Gaza telah menyebabkan kematian dan jumlahnya terus meningkat.

Hal ini menunjukkan kegagalan internasional melindungi hak hidup manusia, termasuk anak.

Kelaparan sistematis dan pembatasan terhadap bantuan kemanusiaan telah menjadi pilar dari agresi yang dilakukan zionis terhadap rakyat Palestina.

Penderitaan bertambah akibat absennya dunia Islam dalam agresi yang terjadi. Terlihat dari ketidakpedulian penguasa muslim dengan menutup pintu masuknya bantuan makanan dan kesehatan.

Telah nyata bahwa keselamatan anak kalah penting dari agenda dan tujuan masing-masing negara atas nama nasionalisme.

Maka terjadilah genosida sistematis yang tak terpisah dari tindakan militer yang dilakukan oleh zionis.

Anak-anak Gaza telah menjadi bagian dari korban kelaparan. Institusi Islam jelas dibutuhkan sebagai solusi atas kelaparan dan malnutrisi yang terjadi. Inilah solusi nyata yang akan mengakhiri pertumpahan darah dan kelaparan yang menimpa.

Islam memandang anak adalah calon generasi masa datang yang harus dijaga keselamatannya dan kesejahteraannya, juga hak-hak lainnya.

Oleh karena itu negara harus memenuhi hak anak sesuai tuntunan Islam. Sumber daya alam yang melimpah itu haruslah menjamin kesejahteraan dan keselamatan anak.

Islam menjaga hak hidup setiap insan, termasuk anak. Hanya Islam yang menjamin pemenuhan hak anak yang hakiki, mulai dari hak hidup dan berkembang, hak nafkah, keamanan, pendidikan, dan penjagaan nasab.

Ini bisa diwujudkan ketika negara bersungguh-sungguh menjalankan fungsinya dalam memperkuat fungsi keluarga, lingkungan masyarakat dan negara.

Negara adalah basis perlindungan anak yang hakiki. Hal yang sulit terjadi jika pondasi negara tidak berdasarkan aturan Islam.

Sehingga agresi yang terjadi di tanah Palestina yang telah mengancam hak hidup anak pun tak mampu untuk diatasi.

Dalam Islam, perlawanan terhadap agresi adalah fardhu ain yang tidak hanya berlaku pada muslim Palestina, tetapi juga meluas bagi kaum muslim di sekitar wilayah Palestina, bahkan dunia.

Sehingga dibutuhkan eksistensi persatuan umat yang menjadi perisai bagi umat terlebih bagi anak.

Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang-orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng.

Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah Taala, dan adil, maka dengannya ia akan mendapatkan pahala.

Namun, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa atau azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim). Wallahu a’lam

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved