Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Sebuah Refleksi Nilai Perempuan dalam Adat

Praktik patriarki dalam tradisi konservatif mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari yang membersamai saya.

Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Sebuah Refleksi Nilai Perempuan dalam Adat
IST
Zulfikarni Bakri, CRCS UGM

Butler (1990) menekankan norma-norma gender yang bersifat kaku ini mempertahankan struktur patriarki yang menempatkan perempuan pada posisi subordinat.

Perempuan adat Kajang meyakini, menerima, dan melakukan pembagian
kerja berdasarkan gender seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Meskipun demikian, Perempuan adat Kajang juga menegosiasikan peran-peran mereka di berbagai aspek publik seperti; politik, ekonomi, dan sosial. Sehingga pembagian kerja berdasarkan gender dilihat saling tumpang tindih.

Identitas perempuan adat Kajang tidak pernah tunggal. Para perempuan tidak hanya mengurusi urusan domestik melainkan secara aktif ikut terlibat pada organisasi-organisasi advokasi, pengembangan SDM dengan tujuan kemajuan kelompok adat.

Dalam teori indigenous feminism (feminisme adat), Joyce Green (2007) mengungkapkan bahwa perempuan adat memiliki kebebasan untuk mendefenisikan diri mereka sendiri tanpa ada interfensi dari luar.

Maka dari itu, untuk mendobrak sistem patriarki yang kuat dan konstruksi sosial yang menyebabkan diskriminasi, perlu sikap desentralisasi peran-peran perempuan dari level paling bawah (kehidupan sehari-haru).

Peran-peran tersebut dibentuk, dikembangkan, dan dinegosiasikan. Sehingga dalam hal ini, perempuan memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri, serta kebebasan menyuarakan pendapat.(*)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved