Catatan di Kaki Langit
Catatan di Kaki Langit: Imbauan Menag Tentang Adzan Saat Misa Kudus Sangat Toleran dan Masuk Akal
Misa Kudus dipimpin Paus dan disiarkan tv-tv tidak tersela oleh azan Maghrib. TV diimbau cukup tampilkan running text Adzan Maghrib
Kaum terpelajar Muslim sebenarnya sudah belajar tentang toleransi Nabi, saat belum hijrah ke Madinah, beliau sudah mengizinkan sahabat⊃2;nya hijrah/minta suaka perlindungan kepada raja Kristen (Negus) di Ethiopia.
Hijrah itu dilakukan dua kali. Jangan mengira Nabi tidak tahu bahwa beliau membolehkan minta perlindungan kepada raja Kristen itu.
Selain itu, ayat Alquran maupun hadis yang mengandung semangat toleransi, tentu sangat dimengerti oleh ulama dan kiai.
Sedang asyik mengikuti berita kedatangan Paus Fransiskus Pemimpin ummat Katolik sedunia, medsos berkabar tentang ulama NU, Kiai Masdar Mas'udi yang berwacana tentang ibadah haji dilakukan pada bulan selain bulan Zulhijjah dan usul Salat Jumat dilakukan di hari Sabtu atau Ahad (?)
Wacana ini tentulah mengundang kontroversi.
Namun faktanya, ummat Islam pada zaman ini, otak dan pikirannya sama sekali tidak siap mencerna perkara keislaman yang kontroversial.
Ini, akibat ummat sudah mundur ilmunya selepas masa Algazali, sudah sekitar 800-an tahun. Sudah sepanjang delapan abad itu hingga saat ini, tidak pernah terjadi masa renaissans di dalam sejarah ummat Islam.
Memang ada zaman pembaruan tetapi tidak menyentuh hingga ke saintek.
Padahal, menurut saya, pemikiran keagamaan yang diwacanakan oleh Masdar Mas'udi, jauh sebelumnya, sudah ada pembaru2 muslim pada abad ke 18 -dan 19. Juga, mendahului Masdar, sudah ada pembaru seperti Cak Nur (Nurkhalish Madjid), Harun Nasution, Djohan Effendy dan seangkatan.
Pikiran Masdar itu pernah mau didiskusikan oleh mahasiswa Indonesia di Mesir. Tapi, Kiyai Masdar diminta pulang ke Indonesia agar jangan mewacanakan hal itu kepada mahasiswa.
Sebelum Masdar, saya lebih dulu tahu tentang haji boleh di luar Zulhijjah ialah dari Atho Mudzhar, mantan rektor IAIN Yogya.
Sekali lagi, menurut saya, pembaruan Islam harus menyentuh ke saintek. Saintek yang sifatnya rasional murni memungkinkan yang memilikinya bisa memahami perkara keagamaan yang kontroversial. Dan, sekali lagi, tuna literasi berakibat tuna toleransi!(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.