Opini
Calon Ketua NU Kota Makassar pada Konfercab XV Periode 2024-2029
Termasuk siapa yang berhak maju menjadi ketua tanfidziyah atau ketua pengurus harian ditentukan oleh Rais Syuriah terpilih.
Oleh: Dr Machmud Suyuti MAg
Mustasyar PCNU Kota Makassar dan Katib ‘Am Khalwatiyah
TRIBUN-TIMUR.COM - Besok sampai lusa (Sabtu-Ahad /03-04/08) di Pesantren Tahfidz Imam Ashim Makassar, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Makassar (PCNU Makassar) melaksanakan Konferensi Cabang XV tahun 2024 (konfercab XIV-2024) dengan agenda memilih Ketua Tanfidziyah baru untuk lima tahun ke depan, periode 2024-2029.
Selain itu ada laporan pertanggung jawaban pengurus lama dan acara seremonial lainnya.
Agenda utama dan inti yang sebenarnya dalam konfercab adalah pemilihan Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) karena dari sinilah ditentukan siapa Rais Syuriah sebagai Majelis tertinggi di NU semacam MPR untuk menentukan beragam kebijakan strategis terkait penataan organisasi secara internal.
Termasuk siapa yang berhak maju menjadi ketua tanfidziyah atau ketua pengurus harian ditentukan oleh Rais Syuriah terpilih.
Namun karena Ahwa di internal NU adalah mereka dari ulama senior dan kiai sepuh, ulama langitan yang kasysyaf maka mentradisi di setiap momen konfercab para jamaah Nahdliyin fokus pada siapa sosok calon ketua tanfidziyah.
Ketua PCNU yang Ideal… !
Untuk memilih calon atau kandidat ketua PCNU selain tetap mengacu pada tata tertib konfercab baik secara administrasi maupun ferivikasi faktual, yang berlanjut pada pemungutan suara secara langsung, bebas dan rahasia untuk kemudian ditetapkan sebagai formatur atau ketua terpilih.
Setelah melalui seleksi dan pemilihan yang ketat, maka ketua terpilih PCNU nantinya harus mampu mengadakan perubahan signifikan dalam megelolah perpolitikan organisasi terutama menghadapi pemilu serentak 27 November 2024, karena itu kerja politik praktis menjadi program utama ketua terpilih ke depan.
Pemilihan ketua PCNU Kota Makassar tahun ini diyakini memiliki hawa perpolitikan yang suhunya semakin kencang dan memanas, sehingga sangat ideal jika ketua terpilih bisa berperan menjadi penghubung masyarakat kepada semua tokoh NU yang berpartai dalam memperjuangkan aspirasi umat.
Munculnya statmen melalui baliho, spanduk dan brosur tentang penolakan pemimpin, kepala daerah radikal dan intoleran di sejumlah titik jalan Kota Makassar menjadi issu sentral sebagai rekomendasi untuk ketua PCNU yang ideal dalam mengatasinya.
Hal ini sangat urgen karena jam’iyah lima tahun ke depan dan setelahnya semoga tetap jaya di daerah ini karena pemimpin radikal sangat bertentangan dengan doktrin Nahdliyyin.
Selain dunia politik sebagai issu krusial radikalisme, seharusnya ketua PCNU terpilih nantinya harus berani berkorban materi dan perasaan apalagi kelak yang menjadi ketua dipastikan jam terbangnya semakin tinggi yang tentu banyak menghadapi gemuruh, petir, dan gemilau kilat sebagai tantangan berat dan hebat.
Agar tantangan atau rintangan dapat diredam maka kepada ketua PCNU terpilih yang ideal hendaknya memiliki sikap tasamuh (toleran) sehingga tidak lagi ditemukan firkah-fikah dan kelompok tertentu yang mengundang konplik dalam tubuh organisasi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.