Opini Tribun Timur
Saya Rasa SYL Tak Seburuk Itu!
Seorang birokrat sejati yang memperlihatkan tanda-tanda kejeniusan yang tak terbantahkan sejak dia menjadi Lurah di salah satu kecamatan di Sulsel 40
Tak butuh waktu lama, setelah bebas dia dan pemeran lainnya dalam video itu kembali dielu-elukan oleh publik, seolah tak pernah ada kejadian memalukan dimasa lalu.
Ataukah dalam kasus saat pandemi Covid-19, para dokter mendadak menjadi pahlawan yang dipuja-puji dengan kesigapan mereka dalam bertindak terhadap pasien.
Namun hanya dalam hitungan hari, akibat beberapa kasus kematian yang sebelumnya menjadi kejadian biasa yang sulit tereelakkan dalam pandemi, dengan video yang beredar disertai alasan yang simpang siur kebenarannya, sekejap itu juga, para dokter dicaci-maki, dianggap sebagai monster yang bertanggung jawab atas kematian yang terjadi di pandemi ini.
Mentalitas Ingratitude
Selain karakteristik di atas, masyarakat modern di era digital sekarang ini acapkali juga terjebak pada perilaku "ingratitude".
Dimana sikap atau perilakunya cenderung menunjukkan rasa kurang penghargaan terhadap kebaikan yang diterima dari orang lain.
Ironisnya, kadang kita justru tidak menyadari bahwa rasa tidak berterima kasih itu adalah kegagalan menjaga dan melindungi pemberian yang telah diterima atau dipercayakan, dari sebuah kerja keras dan dedikasi hebat oleh orang lain, yang berdampak positif dalam banyak ruang-ruang kehidupan khalayak.
Menurut Almond (1958) masyarakat kontemporer, yang dicirikan oleh kompleksitasnya, dibentuk oleh
berbagai kepentingan sosial yang harus ada dalam sistem politik.
Salah satu sample kasus pada pemberitaan terhadap kasus yang menimpa Mantan Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo.
Seorang birokrat sejati yang memperlihatkan tanda-tanda kejeniusan yang tak terbantahkan sejak dia menjadi Lurah di salah satu kecamatan di Sulsel 40 Tahun Silam.
Pemberitaan yang dihadirkan beberapa media nasional memang menggiring habis mindset kita, bagaimana kita tak pernah mau mengingat lagi pada bagaimana kualitas keadilan dan kebenaran tindakannya di masa lalu, baik untuk kemaslahatan rakyat, sebagai pribadi, sebagai manusia, dan sebagai seorang kepala pemerintahan di level Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten hingga Propinsi yang pernah SYL persembahkan dengan sepenuh hati.
Kita semua paham bahwa orang-orang salehlah yang bersih dan jauh dari korupsi, kita semua mengerti pakem umum, bahwa Indikator kesalehan seseorang terletak pada bagaimana keluaran dari efek ibadahnya yang tercermin pada perilaku nyata sehari-hari.
Tapi apakah penetapan dari KPK kemudian mengubah arah cara menilai kita bahwa SYL itu jauh dari implementasi kesalehan sehingga dia melakukan semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya?
Sekelumit saya paparkan apa yang diungkapkan oleh Sosiolog, Deborah Lupton (2015) yang coba saya ambil benang merah pikirannya, berkenaan dengan contoh kasus sentimen negatif media selama ini terhadap SYL.
Bahwa media berita secara tradisional menjalankan kekuatan disipliner dengan mengungkapkan dan mempermalukan orang-orang yang telah datang ke pengadilan untuk tindakan kriminal atau mendapatkan perhatian publik karena melakukan kesalahan.
Bukan Rapat Biasa, Ini Strategi Cerdas Daeng Manye Mencari 'The Next Top Leader' di Takalar |
![]() |
---|
1 Juni: Pancasila Tetap Luhur, Walau Inter Milan Amburadul |
![]() |
---|
Cinta yang Hilang: Bahasa Diam Dalam Hubungan Digital |
![]() |
---|
Menjalani Ramadan: Berbenah Dalam Bulan Pendidikan |
![]() |
---|
Nostalgia 78 Tahun HMI: Kanda Dimana, Kita Iya Dinda Dimana? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.