Opini
Catatan Refleksi Giat DDI Semesta: Mengapresiasi Kiprah Darud Da’wah wal Irsyad
DDI telah mengakar dan menyatu di hati dari berbagai kalangan hingga jamaah di akar rumput masyarakat Bugis Makassar.
Kiprah yang sangat kongkrit dan dirasakan langsung sejak berdirinya hingga hari ini tentunya pada bidang pendidikan dan keagamaan.
Institusi pendidikannya dapat dilihat dari tingkatan Raudhatul Atfal (RA/TK) dan ratusan pondok pesantren hingga beberapa perguruan tinggi yang terdapat di Sulawesi Selatan dan Barat.
Baik atas nama ormas DDI secara kelembagaan maupun pesantren atau madrasah yang didirikan alumni-alumninya yang tentu seafiliasi dan berkiblat pada DDI. Ini jejaknya terdapat di berbagai daerah di Indonesia.
Selain itu, DDI telah melahirkan ulama dan tokoh-tokoh bangsa yang dihormati pandangan keagamaan dan kebangsaanya, hingga salah satu tokohnya, Anre Gurutta Prof. K.H. Ali Yafie pernah menduduki Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusat (Periode 1998-2000).
Secara personal, alumni-alumni lembaga pendidikan DDI telah bertebaran di berbagai daerah di Indonesia bahkan di luar negeri. Apalagi di Sulawesi Selatan sebagai basisnya. Santri dan alumni DDI memiliki ikatan batin yang kuat di manapun ia berada.
DDI telah mengakar dan menyatu di hati dari berbagai kalangan hingga jamaah di akar rumput masyarakat Bugis Makassar.
Sebagaimana lama-ulama DDI mengajarkan konsep sederhana yang dikenal dengan istilah Barakka/Mabbarakka (berkah). Inilah salah satu marwah perjuangan DDI.
Sebuah modal berbasis nilai-nilai yang menjawab realitas saat ini dan patut dimanifestasikan dalam keseharian sampai kapanpun.
Wujud keikhlasan ini dibangun dengan niat yang tulus, tekad yang kokoh dan nilai-nilai prinsip perjuangan sebagaimana pesan Anre Gurutta Haji Abdurrahman Ambo Dalle bahwa “Anukku anunna DDI, Anunna DDI Tania Anukku”.
Pesan moril ini cukup populer bagi santri-santri dan alumninya secara turun temurun. Sebuah pesan moril yang telah tertanam dalam sanubari dan tumbuh seiringan dengan pemahamannya yang moderat sehingga mampu adaptif terhadap perubahan zaman.
Sekalipun memiliki kultur pendidikan ‘sorogan’ plus sarungan tapi mampu tumbuh bertahan dan berkembang serta beradaptasi dengan tantangan zaman.
Kini Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) menjelang umur ke-85 Tahun terhitung sejak 1938. Umur yang sudah cukup tua jika disamakan umur manusia. Semoga senantiasa konsisten berkiprah bagi umat, bangsa dan semesta.
Tentu dedikasinya patut diapresiasi dan mendapat perhatian pemerintah, baik di daerah-daerah maupun pusat. Karena faktanya masih banyak lembaga pendidikan DDI yang seharusnya menjadi perhatian kita semua.
Sekali lagi, DDI patutlah mendapat apresiasi dari kita semua. Semoga umurnya yang menjelang hampir seabad itu senantiasa mabbarakka dan diridhai Allah SWT.
Selamat Milad DDI.
Wabillahi Taiufiq Waddakwatuh wal Irsyad.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.