Opini
Catatan Refleksi Giat DDI Semesta: Mengapresiasi Kiprah Darud Da’wah wal Irsyad
DDI telah mengakar dan menyatu di hati dari berbagai kalangan hingga jamaah di akar rumput masyarakat Bugis Makassar.
Oleh:
Abdul Rahman
Dosen STAI DDI Maros
TRIBUN-TIMUR.COM - Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) adalah salah satu ormas Islam yang cukup besar dan populer khususnya di Indonesia Timur.
Kehadirannya dengan basis utama di Sulawesi Selatan patut diapresiasi sebab cikal bakal lahirnya pada era pra kemerdekaan.
Jika melihat jejak historisitasnya bermula dengan sebuah lembaga pendidikan klasik (MAI Mangkoso, Sulawesi Selatan, 1938).
Organisasi ini bukan organisasi biasa karena didirikan To Panrita (Alim Ulama, Cendekiawan Islam) di Sulawesi Selatan yang sangat berkaliber dan diperhitungkan.
Terbukti dengan karya-karya kitab kuningnya yang ditulis sendiri. Beliau adalah Anre Gurutta Haji Abdurrahman Ambo Dalle, Sang Maha Guru dari Tanah Bugis.
Selain beliau, DDI berdiri berkat dukungan dan kontribusi dari Arung Soppeng Riaja dan para To Panrita pada masa itu.
To Panrita sebagaimana masyarakat Bugis Makassar menyebut secara spesifik dengan istilah Anre Gurutta (A.G.) atau Anre Gurutta Haji (A.G.H.) bagi yang telah menunaikan ibadah haji.
Anre Gurutta adalah istilah lokalitas dan sebuah gelar non formal yang menjadi predikat kultural langsung dari masyarakat di Sulawesi Selatan bagi seorang ulama yang memiliki ilmu cukup kredibel, kharismatik, dihormati serta diteladani berbagai unsur masyarakat bahkan kerapkali menjadi rujukan pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan.
Sapaan ini adalah bentuk penghormatan, bukan pengkultusan. Sama dengan sapaan Tuan Guru di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat, Buya di Sumatera Barat, Kiai di Jawa, Annangguru di Sulawesi Barat dan istilah lainnya di Indonesia.
Pendiri dan tokoh utama Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) adalah Anre Gurutta Haji Abdurrahman Ambo Dalle (1900-1996).
Seorang To Panrita Loppo (ulama besar) Ahlussunnah wal Jamaah yang masyhur di Sulawesi Selatan. Pernah berguru di Puang Haji Sade atau Anre Gurutta Haji Muhammad As’ad Al Bugisi yang juga masyhur di Sulawesi Selatan.
Sebagaimana ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah, walaupun tidak se-progresif keduanya. Akan tetapi DDI memiliki kontribusi dan dedikasi panjang pada beberapa bidang yang sama dan luar biasa serta patut dicatat oleh sejarah.
Tentu patut untuk selalu diingat, diperhitungkan dan diperhatikan kita semua khususnya bagi negara dalam mengambil sebuah kebijakan.
Bagaimana tidak, DDI telah berkontribusi banyak hal di berbagai sektor. DDI telah ikut berkontribusi membangun moral anak-anak bangsa dengan gerakan amal usaha pesantren, ekonomi ummat, dakwah dan perguruan tinggi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.