Pemilu, Demokrasi, dan Suara Kawasan Timur Indonesia
Isu terkait dengan “Kawasan Timur Indonesia”, selalu saja mucul setiap kali perhelatan politik dilaksanakan, terutama pada pemilihan presiden.
Pendidikan dan Kesejahteraan.
Masih terkait dengan sumber daya manusia, Prof Hamid Paddu yang tampil sebagai pembicara kedua mengemukakan bahwa seharusnya semakin baik pendapatan suatu negara, itu akan mendorong tumbuhnya demokrasi di wilayah itu, suara ekonominya, suara politiknya, dan suara passionnya terdengar.
Oleh sebab itu pendidikan harus selalu mendapat perhatian agar main set masyarakat semakin berkembang, dan pilihan-pilihan politinya akan semakin menganrah kepada rational choice.
Namun demikian pembangunan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah masih jauh dari harapan, ketimpangan antara timur dan barat dalam banyak aspek masih sangat tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang sering disebut berhasil dengan 5 persen ternyata tidak memberi efek secara inklusif karena abai terhadap pemerataan.
Pertumbuhan hanya didorong dan dinikmati oleh segelintir orang yang jumlahnya hanya 2 persen, selebihnya mengalami stagnasi dan itu banyak dirasakan oleh penduduk di kawasan timur. Pendidikan dan pendapatan yang rendah di kawasan timur tentu akan mempengaruhi suara dan refresentase keterwakilan politik baik kualitas maupun kuantitas.
Selain fakto ekonomi yang memicu pertumbuhan demokrasi, krisis politik juga demikian halnya, artinya, setiap selesai krisis ekonomi berdasrkan banyak pengalaman di negara lain, seharusnya menjadi memantif lahirnya demokrasi, sayangnya kita tidak demikian, beberapa krisis yang terjadi, terakhir di tahun 1998, ternyata tidak disertai dengan tumbuhnya demokrasi , otonom idaerah sebagai bagian dari desentaralisasi politik dan piskal malah semakin cenderung sentralistik.
Prof Laode Kamaluddin yang tampil sebagai pembicara ketiga mengemukakan bahwa, Indonesia jauh tertinggal dari Barat. Menurut beliau membangun demokrasi tanpa membangun human resouches akan melahirkan ketimpangan, Demokrasi tanpa pendidikan, kualitas demokrasinya tidak bisa terlalu diharap.
Mandela, presiden Afrika Selatan menurut beliau, bahwa pendidikanlah yang bisa merubah dunia ini, demokrasi yang terbangun selalma ini lanjut beliau adalah demokrasi elit, demokrasi dalam bentuk pemilu, baru sebatas procedural belum subtatntif, kualiats dan kapasitas demokrasi rendah sekali.
Prof Laode yang mewakili ICMI Pusat memberi contoh bahwa Abraham Lincoln, presiden Amerika Serikat ke 15, ketika mulai membangun yang diperhatikan adalah kesehateraan khususnya di pedesaan karena memang AS adalah negara kontinental, berbeda dengan kita 70 persen laus wilayah kita adalah laut, dan 30
| FISIP Unismuh Ajak Akademisi Perkuat Institusi Sosial Menuju SDGs 2030 |
|
|---|
| Mengapa Gibran Disebut Sulit Dampingi Prabowo di Pilpres 2029 saat Jokowi Serukan 2 Periode? |
|
|---|
| Alasan Pengamat Sebut Gibran Sulit Dampingi Prabowo 2 Periode, Seruan Jokowi Terancam Batal |
|
|---|
| Anies Baswedan Go To Pilpres 2029 |
|
|---|
| FGD FISIP Unismuh: Data Akurat Kunci Bangun Makassar Tangguh Hadapi Perubahan Iklim |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.