Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hari Lahir Pancasila, Berkaca pada Cermin yang Retak

mendaras ulang nilai-nilai Pancasila sebagai Weltanschauung di era kini ibarat memperhadapkan wajah bangsa dan negara Republik ini pada cermin retak

Editor: AS Kambie
DOK PRIBADI
Irfan Yahya, Alumnus S3 Sosiologi Unhas/Dosen Magister Sosiologi Unhas dan Peneliti pada Pusat Penelitian Opini Publik LPPM Unhas 

Struktur sosial yang ada, seperti kelas sosial, status, dan kekuasaan, memainkan peran signifikan dalam menentukan akses dan peluang individu dalam mencapai kesejahteraan. Dibutuhkan political will dari pemangku kebijakan untuk secara serius membenahi ketimpangan sosial-ekonomi yang terjadi saat ini.

Perbedaan dalam hal pendapatan, akses terhadap fasilitas layanan publik dan pekerjaan yang layak, dan fasilitas dasar antara kelompok-kelompok sosial yang menciptakan jurang yang dapat memperburuk rasa ketidakadilan.

Faktor-faktor seperti latar belakang pendidikan, kelas sosial, gender, dan geografis juga memainkan peran dalam menentukan peluang dan kesejahteraan individu.

Selain itu, interaksi sosial juga berperan penting dalam membentuk rasa keadilan dan kesejahteraan. Hubungan antara individu, kelompok, dan institusi dapat mempengaruhi distribusi keadilan dan sumber daya dalam masyarakat.

Dinamika kekuasaan, norma, dan nilai-nilai sosial juga ikut membentuk persepsi masyarakat tentang apa yang dianggap adil dan menghasilkan kesejahteraan yang merata.

Sistematika Wahyu sebagai Weltanschauung Dalam perspektif Islam, konsep weltanschauung dapat diartikan dengan istilah Islamic Worldview atau pandangan dunia berkaitan erat dengan konsep wahyu.

Jadi menurut pandangan Islam, Weltanschauung berasal dari nilai-nilai wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt kepada ummat manusia melalui para nabi dan rasul-Nya.

Wahyu dianggap sebagai sarana komunikasi yang diinspirasikan secara ilahiyah antara Allah Swt dan manusia.

Wahyu tersebut diturunkan oleh Allah Swt secara sistematis kepada nabi-Nya melalui perantaraan malaikat Jibril as. untuk menjadi pedoman kepada umat manusia tentang tujuan hidup, kebenaran moral, dan cara hidup yang benar.

Sistematika Wahyu adalah urutan turunnya wahyu Alquran kepada nabi Muhammad Saw yang dimulai dari surah al-Alaq 1-5.

Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh pendiri Hidayatullah Ustad Abdullah Said rahimahullah. Sistematika Wahyu (Tartib Nuzuli) adalah manhaj atau pola dasar atau metode gerakan.

Konsep ini merujuk kepada kandungan 5 surah pertama berdasarkan urutan turunnya wahyu Alquran, yaitu: surah al-Alaq ayat ke-1 sampai ayat ke-5 (menanamkan kesadaran bertauhid), surah alQalam ayat ke-1 sampai ayat ke-7 (menumbuhkan fikrah dan akhlak Qur’ani), surah al-Muzzammil ayat ke-1 sampai ayat ke-10 (meningkatkan kualitas spiritual atau tarbiyah ruhiyyah), surah al-Muddatstsir ayat ke-1 sampai ayat ke-7 (membangkitkan gerakan dakwah), dan surah al-Fatihah (mewujudkan Islam kaffah).

Sistematika Wahyu adalah sebuah metode atau manhaj nubuwwah yang telah dipraktikkan lansung oleh nabiyullah Muhammad Saw bersama para sahabatnya ketika mengkonstruksi perdaban Islam pertama di muka bumi ini di kota Madinah.

Sistematika Wahyu ini berisi pedoman hidup yang komprehensif dan fundamental bagi umat manusia dan menjadi worldview atau westanschauung yang lengkap.

Melalui wahyu, ummat Muslim memperoleh pandangan dunia yang mencakup segala aspek kehidupan yang sesuai kehendak dan di ridhoi oleh Allah Swt.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Nikah Massal

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved