Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Catatan di Kaki Langit

Ika Uinam di Antara Kepentingan Menag dan Alumni

Penyataan Presiden itu, kata Menag, viral di seantero dunia, ada yang menyebutnya sebagai "the Prabowo solution".

Editor: Sudirman
DOK TRIBUN TIMUR
OPINI - Prof M Qasim Mathar 

Oleh: M Qasim Mathar

Pesantren Matahari Dusun Mangempang Maros

TRIBUN-TIMUR.COM - TERBACA berita, Ikatan Alumni Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (IKA UINAM) ber-Seminar Internasional bertajuk “Towards a Two-State Solution: Peran Kunci Presiden Prabowo Subianto dalam Mewujudkan Perdamaian di Gaza” yang diselenggarakan di Gedung Auditorium Kampus 2 UIN Alauddin Samata Gowa, Senin (17/11).

Menag Nasaruddin Umar menyebut, dunia internasional memberikan respons positif terkait langkah Presiden Prabowo Subianto menyangkut konflik Palestina sebagai terobosan penting, termasuk saat menyampaikan pandangan di PBB, New York, kunjungan ke Mesir, hingga respons positif dari Presiden Amerika Serikat.

Penyataan Presiden itu, kata Menag, viral di seantero dunia, ada yang menyebutnya sebagai "the Prabowo solution".

Bahkan, Prabowo disebut pula sebagai "the second Soekarno". Gagasan tentang solusi dua negara (Palestina dan Israel) sudah ada sejak tahun 1937, yakni Peel Commission Report yang dipimpin oleh William Peel.

Tahun 1947 sudah ada usul pembagian Palestina menjadi dua negara.

Nama-nama seperti Chaim Weizmann, tokoh Zionis moderat dan Presiden pertama Israel, David Ben-Gurion, pemimpin utama Zionis, perdana menteri pertama Israel, adalah dua tokoh pada masa itu yang mendorong gagasan bahwa pembagian wilayah adalah jalan realistis untuk mencapai perdamaian. 

Karena itu banyak sejarawan menganggap Ben-Gurion sebagai pemimpin Yahudi pertama yang secara resmi menerima model dua negara.

Di kalangan Arab, Emir Abdullah (Transjordan/ Yordania) adalah pemimpin Arab pertama yang tidak menolak secara total gagasan pembagian wilayah.

Ia sering disebut sebagai pemimpin Arab pertama yang membuka pintu bagi solusi berdampingan. Musa Al-Alami (tokoh Palestina moderat) dengan sedikit perbedaan ia mengusulkan “entitas Arab dan entitas Yahudi berbeda” dalam satu struktur administrasi.

Faris al-Khouri (delegasi Arab di PBB) 1947, bersedia mempertimbangkan pembagian jika syarat tertentu terpenuhi, ia tergolong paling moderat di antara tokoh Arab.

Pada tokoh Arab, Yasser Arafat (PLO) – 1988, inilah pertama kalinya Palestina secara resmi menerima “dua negara”. Tahun 1988, PLO menyatakan menerima Resolusi PBB 181 (1947) dan mengakui Israel.

Maka secara formal, Arafat adalah pemimpin Palestina pertama yang menerima konsep two-state dalam bentuk modern.

Jadi, gagasan two state solution sudah diper - bincangkan oleh bangsa-bangsa sebelum Kemenag dan Prabowo lahir.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved