Pilrek unhas 2025
Pemilihan Rektor Unhas yang Mencengangkan
Bukan tidak mungkin, musyawarah mufakat (aklamasi) lebih didahulukan dibanding voting seperti yang sudah sering terjadi pada pemilihan rektor Unhas
Oleh: Muh Iqbal Latief
Dosen Sosiologi FISIP /Kapuslit Opini Publik LPPM Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM - Calon nakhoda universitas ternama dan terbesar di timur Indonesia periode 2026-2030, terjawab sudah.
Lewat mekanisme penyaringan calon rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) 3 November kemarin yang dilaksanakan Senat Akademik (SA), telah menetapkan tiga nama calon rektor yaitu Prof.Dr.Ir. Jamaluddin Jompa (JJ), Prof.Dr.dr. Budu dan Prof.Dr. Sukardi Weda. Awalnya ada 6 bakal calon rektor, namun setelah dipilih dalam proses penyaringan SA Unhas – ditetapkan 3 calon rektor sesuai dengan suara terbanyak.
Teman saya yang hadir pada proses penyaringan tersebut, berdecak kagum. “ Pemilihan rektor Unhas kali ini sangat mencengangkan (memukau).
Paling tidak ada tiga hal yang takjub saya lihat, yaitu; (1) suasana pemilihan di SA berlangsung adem, sejuk, penuh kekeluargaan dan kebersamaan. Padahal sebelum pemilihan, ramainya minta ampun di sosial media (Sosmed) bahkan cenderung saling menegasikan; (2) Tak terbayangkan, Prof. JJ bisa menang telak dibanding rival-rivalnya. Luar biasa, Prof JJ mendapat 74 suara (80 persen dari total suara SA 93 orang), Prof. Budu memperoleh 18 suara (19 persen) dan Prof. Sukardi Weda mendapat 1 suara,(1 persen) dan; (3) hebatnya lagi, ada bakal calon rektor dari luar Unhas yang justru dapat suara (Sukardi Weda), sementara 3 bakal calon rektor lain seperti dr. Marhaen Hardjo. M.Biomed. Ph.D, Prof.Ir. Muhammad Iqbal Djawad. M.Sc, Ph.D dan Dr.Eng. Ir. Zulfajri Basri Hasanuddin. M.Eng – malah tidak dapat suara. Pertama kali terjadi dalam sejarah Unhas ada bakal calon dari luar yang dapat suara. Ini yang membuat saya tercengang “, seloroh teman saya yang nota bene adalah salah seorang dosen FISIP Unhas.
Pemilihan Rektor (Pilrek) Unhas kali ini memang mendapat atensi publik yang luar biasa. Bukan hanya karena kampus berlambang ayam jantan itu, makin meneguhkan kiprahnya sebagai perguruan tinggi (PT) terbaik nasional yang bereputasi internasional (global). Tetapi juga bobot Unhas yang makin besar, bayangkan jumlah mahasiswa melebihi 51.000 (S.1, S.2, S.3 dan vokasi), jumlah dosen lebih dari 2.000 dan dominan bergelar doktor serta professor.
Jumlah tenaga pendidik juga lebih dari 2.000 pegawai (tetap dan tidak tetap). Unhas satu-satunya PTNBH (PTN Berbadan Hukum) di Timur Indonesia yang kini memiliki 147 program studi terakreditasi unggul dan 80 yang terakreditasi internasional. Jumlah riset yang dikelola LPPM Unhas ratusan setiap tahunnya dengan beragam kolaborasi dan kemitraan nasional dan internasional.
Ibarat kapal, Unhas adalah kapal super jumbo yang memerlukan nakhoda yang handal agar kapal ini bisa tetap eksis mengarungi samudera ilmu yang makin besar dan dahsyat ombaknya. Tugas nakhoda memastikan bahwa kapal Unhas tidak boleh oleng apalagi tenggelam.
Juga, tugas nakhoda memastikan bahwa semua penumpang kapal, nyaman, aman dan senang mengembangkan ilmunya masing-masing tanpa ada ketakutan dan kegelisahan birokratis.
Mungkin cara pandang inilah, yang terjelma dalam sikap dan tindakan 93 anggota Senat Aakademik (SA). Sehingga para senator tersebut, telah menyaring tiga nama sebagai calon nakhoda dan memberi catatan lewat bobot suara yang diberikan. SA Unhas telah memberi nilai besar ( dominan) kepada Prof JJ dan memberi nilai sedang kepada Prof. Budu dan Prof. Sukardi Weda. Secara simbolik, tentu dimaknai bahwa harapan terbesar dari suara SA adalah Prof JJ diharapkan menjadi nakhoda kembali melayarkan kapal besar Unhas.
MWA Punya Keputusan
Walaupun suara SA adalah suara dari bawah (suara dari fakultas yang tentu suara dominan dari civitas akademika), namun tupoksi SA hanyalah melakukan penyaringan calon rektor.
Kewenangan menentukan rektor Unhas ada pada Majelis Wali Amanah (MWA) yang diketuai Prof.Dr. Alimuddin Unde. Jumlah anggota MWA kurang lebih 25 suara (termasuk 9 suara Menteri), kemudian 8 suara unsur dosen, 2 suara unsur tenaga kependidikan (pegawai), 3 suara unsur tokoh masyarakat, 1 suara unsur alumni (IKA Unhas) dan 1 suara unsur pemerintah provinsi sebagai dewan penyantun dan lainnya. Anggota MWA inilah yang nanti tanggal 14 Januari 2026 akan bermusyawarah untuk menentukan rektor Unhas periode 2026-2030.
Tiga nama hasil penyaringan SA Unhas, itulah yang akan dipilih anggota MWA. Tampaknya, anggota MWA Unhas kali ini akan lebih berhati hati menentukan pilihannya. Fakta yang tergambar dari hasil penyaringan SA – mencerminkan suara civitas akademika yang tidak bisa dinafikan.
Namun, selama ini anggota MWA adalah orang-orang yang berkaliber negarawan – sangat paham dengan aspirasi akar rumput. Bukan tidak mungkin, musyawarah mufakat (aklamasi) lebih didahulukan dibanding pemungutan suara (voting) – sebagaimana yang sudah sering terjadi pada pemilihan rektor Unhas di tahun-tahun silam. Bak sebuah lagu, kalimatnya “ Kita lihat saja nanti….”.
| Prof Sukardi Weda Ingin Bawa Unhas Jadi Perguruan Tinggi Berdaya Saing Global |
|
|---|
| Infografis: Inilah Nama-nama Pemegang Suara Pilrek Unhas, Pilih Prof JJ, Budu, atau Sukardi Weda? |
|
|---|
| Optimis Menang Pilrek Unhas, Prof Budu Yakin Gaet Suara Kementerian |
|
|---|
| Siapa Brian Yuliarto? Guru Besar ITB Punya Sembilan Hak Suara di Pemilihan Rektor Unhas |
|
|---|
| Sosok Pemegang Suara MWA Unhas, Dari Amran Sulaiman hingga Brian Yuliarto |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.