Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Renungan untuk Hari Air Sedunia 22 Maret 2023: Air dan Perubahan

Pemanasan global akan menimbulkan kekeringan dan curah hujan ekstrim , yang pada gilirannya akan menimbulkan bencana iklim.

Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi/muh arsyad
Dosen KBK Fisika Bumi UNM Makassar dan Peneliti Karst Muhammad Arsyad. 

Bayangkan dalam sebulan, setahun sudah berapa? Saat ini, sekitar 1,9 milyar orang hidup di daerah yang terancam krisis air.

Sekitar 1,8 milyar orang mengonsumsi air yang tidak layak minum, karena terkontaminasi polutan. Secara global, 80 persen air limbah dibuang ke alam tanpa melalui proses pengolahan.

Jumlah orang beresiko terdampak banjir akan meningkat dari 1,2 milyar saat ini ke 1,6 milyar pada tahun 2050. Dalam 14 tahun terakhir, hutan di sekitar daerah aliran sungai berkurang sekitar 22 persen.

Tiba saatnya, warga kota sadar akan terjadinya degradasi lingkungan. Air hujan yang sejatinya sebagai berkah, kadang datang sebagai bencana.

Pemangku kepentingan (Pemerintah, Legislatif, LSM dan lainnya) diharapkan tidak melihatnya sebagai kehendak alam, dan akibat lain yang menyertainya (perubahan iklim, hanya dampak turunan dari badai yang memang harus diterima, dan alasan lainnya).

Lahan yang sedemikian terbatas itu harus disesaki dengan berbagai macam aktivitas manusia.

Aktivitas itu, memunculkan berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar berupa perumahan, perparkiran, fasilitas umum, dan kebutuhan sosial lainnya, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan lebih tinggi lainnya.

Provinsi Sulawesi Selatan terus membenahi alih fungsi lahan sesuai dengan Perda No. 3 Tahun 2022 tentang RTRW Sulawesi Selatan.

Perda ini memegang peranan penting terutama mengenai perizinan untuk pemanfaatan ruang. Pemanfaatan ruang secara optimal dan sesuai dengan peruntukannya merupakan kunci untuk meminimalisir bencana, seperti tanah longsor, banjir di daerah resapan air.

Kawasan yang merupakan ruang terbuka hijau hendaknya menjadi prioritas utama agar terus tersedia terutama kaitannya dengan penyediaan oksigen bagi warga yang berdomisili di sekitarnya. Jika Kawasan ini terganggu, maka sirkulasi udara ke atmosfir juga mernjadi masalah.

Atmosfer di atas kota besar dan di kawasan industri terasa lebih panas dan lebih kotor oleh gas buangan kendaraan bermotor. Kota Makassar per 2021 saja mencapai 1,7 juta unit dengan pertumbuhan sekitar 7 persen.

Dari data ini dapat dihitung berapa besar gas buangan ke atmosfir setiap hari berupa polusi yang pada gilirannya akan menghasilkan kabut abadi di lapisan ionosfir.

Lapisan abadi ini akan menghalangi sinar matahari yang tiba di bumi untuk kembali ke angkasa sehingga bumi akan menjadi seperti rumah kaca. Rumah kaca akan mengakibatkan penghuninya sesak nafas dengan suhu tinggi.

Pencemar berupa gas dapat memengaruhi iklim melalui efek rumah kaca. Sebagai aerosol, maka pencemar mengubah keseimbangan radiasi melalui hamburan, pemantulan dan penyerapan, dan pembentukan awan.

Sebagai akibat pencucian aerosol sulfat dan nitrat oleh tetes awan dan hujan, maka terjadi hujan asam yang menyebabkan penurunan pH dalam tanah dan air.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved