Opini
Kelisanan di Era Didital
Tradisi lisan memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, bernegosiasi, dan membangun hubungan sosial dalam komunitasnya.
Dengan demikian, kelisanan digital dapat berfungsi sebagai alat untuk memperkuat hubungan sosial dan memperluas pengetahuan, bukan sekadar hiburan atau sensasi.
Kelisanan di era digital bukanlah bentuk komunikasi yang terpisah dari masa lalu, melainkan kelanjutan dan transformasi dari tradisi lisan yang telah ada sejak lama.
Melalui media seperti podcast, YouTube, TikTok, dan voice note, manusia tetap mempertahankan sifat dasar komunikatifnya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan interaksi suara dan ekspresi.
Namun, teknologi telah mengubah cara kelisanan itu beroperasi—dari yang bersifat langsung dan sementara menjadi mediatif, terekam, dan masif.
Oleh karena itu, memahami kelisanan di era digital berarti memahami hubungan antara manusia, bahasa, dan teknologi.
Di satu sisi, kelisanan digital membuka ruang baru bagi partisipasi dan ekspresi, tetapi di sisi lain menuntut tanggung jawab komunikasi yang lebih besar.
Jika digunakan secara bijak, kelisanan digital dapat menjadi sarana untuk memperkuat solidaritas, memperluas pengetahuan, dan melestarikan nilai-nilai kemanusiaan di tengah dunia yang semakin terdigitalisasi.
| Pelayaran Kedua Sang Nahkoda Ulung, Estafet Kepemimpinan untuk Kejayaan Universitas Hasanuddin |
|
|---|
| Kedaulatan Digital dalam Penyelenggaraan Pemilu |
|
|---|
| Pidana Mati di Indonesia: Antara Keadilan dan Kemanusiaan |
|
|---|
| Reorientasi Makna Pendidikan di Era Digital, Saatnya Pembelajaran Berpihak pada Manusia |
|
|---|
| Dari Tuturan Lisan ke Jejak Digital |
|
|---|
