Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Arena Wati, Sastrawan Negara Dilupakan di Negerinya

Pertama, menulis tentang Arena Wati lebih kepada pendekatan jurnalitik investigatif.

Editor: Ansar
Tribun-Timur.com
TRIBUN OPINI - Bachtiar Adnan Kusuma, Tokoh Literasi Nasional, Penulis, Pembicara. Bachtiar penilis opini berjudul Arena Wati, Sastrawan Negara Dilupakan di Negerinya. 

Lelaki yang menulis sejak usia 22 tahun itu, menjadi Ketua Penasehat Percetakan Light Brunai.

Sebagai orang yang dibesarkan di Makassar, novel Arena Wati sebagian menceritakan perjuangan Indonesia.

Selagi menulis dia tak ingin diganggu.

“ Istri sendiri pun tak berani mengusik jika saya sedang menulis” kata bekas dosen tamu di Universitas Gajah Mada.

Ia suka menyendiri mencari inspirasi, misalnya ke pegunungan agar kelak bisa menuangkan cerita dengan bebas.

”Hal terpenting dalam menulis adanya keserasian antara jasmani dan rohani” ucapnya seperti penulis kutip di buku “Tentang Sejumlah Orang-Orang Sulsel”.

Kendatipun Arena Wati bisa menulis siang malam, tapi jika mood tak menghampirinya, maka ia urung meneruskan karangannya sebagaimana novel Menara terhenti sejak tahun 1994.

Reputasi Arena Wati sebagai pengarang di Malaysia menghasilkan beberapa penghargaan, di antaranya yang paling prestesius Sastrawan Negara Malaysia pada 1988.

Dua tahun sebelumnya, lagi-lagi ia memeroleh penghargaan dari Bangkok berupa SEA Write Award yang boleh dibilang masih sangat sedikit yang meraihnya.

Arena Wati menulis kurang lebih sembilan novel, 80 buah cerpen, selusin puisi, 24 buah esai dan kritik, tiga buah kumpulan cerpen, 10 buah buku kajian.

Panrita sebuah novelnya yang banyak bercerita tentang daerah Makassar.

Belum lagi buku memoarnya yang ia tulis setebal 1.000 halaman dengan judul “Enda Gulingku”.

Selaku satrawan, Arena Wati mempunyai tugas memurnikan jiwa manusia agar mereka bisa mengatasi berbagai masalah kehidupan, soalnya, “ Sekarang apresiasi masyarakat terhadap sastra masih kurang”.

Berjaya di Negeri Jiran, Dilupakan di Negerinya

Lelaki bersahaja asal Turatea ini, menikah di Ujungpandang dengan Halimah Solong pada 1954.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved