Opini
Ekonomi Sulsel Tetap Tumbuh di Tengah Dinamika Global
Pada triwulan III tahun 2025 ekonomi Sulsel tumbuh 5,01 persen (y-on-y) dengan kontribusi besar terhadap ekonomi nasional
Padahal industri pengolahan menjadi kunci untuk mendorong nilai tambah produk pertanian dan perikanan.
Tantangan utama di sektor ini adalah rendahnya kapasitas inovasi dan keterbatasan infrastruktur logistik terutama di daerah pesisir dan pedalaman yang potensial sebagai sentra produksi bahan baku.
Sektor perdagangan besar dan eceran mencatat pertumbuhan positif yang ditopang oleh meningkatnya mobilitas masyarakat dan wisatawan domestik.
Jumlah perjalanan wisatawan nusantara ke Sulsel meningkat tajam 18,78 persen.
Namun, penjualan kendaraan bermotor justru melemah, menjadi sinyal bahwa konsumsi masyarakat masih terpusat pada kebutuhan dasar bukan investasi konsumsi jangka panjang.
Dari sisi investasi, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh tinggi, seiring kenaikan realisasi PMDN dan PMA sebesar 5,41 persen.
Konstruksi menjadi salah satu sektor vital dengan peningkatan pengadaan semen 6,09 persen dan lonjakan belanja modal APBN sebesar 58,59 persen.
Namun, belanja modal APBD justru mengalami kontraksi 40,13 persen menunjukkan ketimpangan dalam kapasitas fiskal antara pusat dan daerah.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tetap menjadi penopang utama pertumbuhan (51,3 persen dari total PDRB).
Sementara itu, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi menandakan perlunya efisiensi dan realokasi belanja publik yang lebih produktif.
Dalam jangka menengah ketergantungan pada konsumsi rumah tangga perlu diimbangi dengan penguatan sektor produksi dan ekspor berbasis industri lokal.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan lain yang tidak kalah penting adalah kualitas pertumbuhan ekonomi terhadap ketenagakerjaan.
Meski jumlah penduduk bekerja bertambah 78 ribu orang, tingkat pengangguran terbuka di Kota Makassar masih 9,6 persen dan tertinggi di Sulsel.
Ini menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya inklusif dan masih terpusat di wilayah perkotaan.
Selain itu, proporsi pekerja informal masih cukup tinggi menandakan lemahnya perlindungan sosial dan produktivitas tenaga kerja.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.