Makan Bergizi Gratis
Wagub Sulsel Fatmawati Rusdi: Tutup Dapur SPPG Bermasalah
Kasus keracunan akibat paket Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali meningkat di Sulawesi Selatan.
Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Muh Hasim Arfah
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Kasus keracunan akibat paket Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali meningkat di Indonesia.
Masalah kebersihan pun menjadi sorotan di Sulawesi Selatan.
Seorang siswa menemukan ulat pada menu MBG di MAN 3 Makassar.
Sementara itu, belatung juga terdeteksi di tempe dan pisang yang disajikan di SMAN 5 Bulukumba serta SDN 249 Daloba, Kecamatan Kajang, Bulukumba.
Menanggapi hal ini, Wakil Gubernur Sulsel, Fatmawati Rusdi, meminta Badan Gizi Nasional (BGN) bersikap tegas.
Ia menekankan perlunya evaluasi ketat terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menjadi penyalur MBG.
“Saya meminta kepada BGN agar menutup dapur atau SPPG yang tidak qualified,” tegas Fatmawati, Rabu (1/10/2025) malam.
Baca juga: Dapur Umum 24 Jam Bagi Kafilah dan Tamu MQK di Wajo, Panitia: Makan Sepuasnya
Menurutnya, tata kelola buruk dan peralatan yang tidak sesuai standar menjadi salah satu penyebab keracunan.
“Manajemen dan peralatan yang tidak standar mencerminkan SPPG yang tak siap dan tak layak, serta berpotensi memicu kejadian luar biasa (KLB),” tambahnya.
Data BGN mencatat, 6.517 orang mengalami keracunan MBG sejak program ini diluncurkan pada Januari hingga September 2025 di berbagai wilayah Indonesia.
Fatmawati menegaskan Sulsel tidak boleh mengalami KLB serupa. Ia meminta masyarakat tetap percaya pada upaya pemerintah memperbaiki pelaksanaan MBG.
“Tujuan utama program ini memastikan anak-anak kita terhindar dari kekurangan gizi,” jelasnya.
Sementara itu, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLabkesmas) Makassar siap melakukan pemeriksaan apabila diminta BGN.

Kepala BBLabkesmas, Dr dr Irene, menyebut koordinasi dengan BGN sudah dijadwalkan dan BPOM juga akan terlibat.
“Kami siap melakukan pemeriksaan. Kalau sifatnya KLB, maka bisa kami kawal agar mendapatkan pemeriksaan gratis,” kata Irene.
Ia menambahkan, setiap SPPG wajib memiliki sertifikat higienitas dan sanitasi dari Dinas Kesehatan setempat.
BBLabkesmas siap membantu proses pemeriksaan sebelum sertifikat diterbitkan.
Menurut Irene, penyebab keracunan perlu diteliti lebih jauh. Faktor lain, seperti pola konsumsi makanan, juga bisa berpengaruh.
“Makanan tertentu yang dikonsumsi lebih dari empat jam setelah dimasak bisa memunculkan bakteri,” jelasnya.
Ia menegaskan kasus keracunan MBG harus ditangani secara komprehensif.
“Niat pemerintah sebetulnya baik, yaitu memberikan makanan bergizi gratis kepada anak-anak,” pungkas Irene.(*)
Heboh Siswa MAN 3 Makassar Temukan Ulat di Menu MBG! Pihak Dapur: Itu Wajar! |
![]() |
---|
Andi Utta Soroti Menu MBG Berulat, Peringatkan Pengelola SPPG Jaga Higienitas |
![]() |
---|
57 Ribu Siswa di Luwu Butuh MBG Tapi hanya 1 Dapur Beroperasi, Disdik: Rasio Jauh dari Kebutuhan |
![]() |
---|
Tempe MBG SMAN 5 Kajang Bulukumba Diperiksa, Penyedia Bantah Ada Ulat |
![]() |
---|
Siswa MTsN 1 Jeneponto 'Santuy' Soal Isu Keracunan MBG: Adaji UKS |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.