GulaTa Diminati, Produk Gula Semut Petani Hutan Luwu Tembus Pasar Lokal
Gula semut produksi KTH binaan KPH Latimojong makin diminati. Dipasarkan higienis, alami, hingga tembus pasar warkop di Belopa, Luwu.
Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU – Gula semut makin diminati di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Sejumlah Kelompok Tani Hutan (KTH) binaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Latimojong berhasil meningkatkan produksi dan memperluas pemasaran.
Komoditas ini merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dengan nilai ekonomi tinggi.
Pendamping kehutanan, LC Ismail Ishak, menyebut para petani dari berbagai desa telah dibekali pelatihan mengolah nira aren menjadi gula semut.
Pelatihan ini membuka wawasan petani tentang potensi hasil hutan bisa diolah berkelanjutan dan menguntungkan.
“Saat ini, beberapa kelompok sudah rutin memproduksi gula semut setiap minggu. Permintaan pasar juga terus meningkat. Beberapa warung kopi di Belopa bahkan sudah menjadi pelanggan tetap,” ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (7/8/2025).
Produk gula semut ini dinamai "GulaTa".
GulaTa dihasilkan KTH Buntu Tobo, Desa Tampumia, Kecamatan Bupon.
Ismail menjelaskan, produk ini dikemas higienis dalam ukuran 1.000 gram, berlabel halal, dan diklaim 100 persen alami.
"Selain sebagai pemanis sehat, gula semut ini juga dipercaya membantu mencegah anemia, meningkatkan stamina, dan memperkuat daya tahan tubuh," akunya.
Ia berharap dukungan pemerintah, swasta, dan pelaku pasar lokal terus mengalir agar geliat produksi gula semut di Luwu makin berkembang.
Dengan begitu, dampaknya bisa langsung dirasakan oleh petani hutan.
"Kehadiran produk seperti GulaTa menjadi bukti transformasi ekonomi desa yang mulai beralih dari penjualan bahan mentah ke produk olahan bernilai tambah. Inisiatif ini memperkuat ekonomi masyarakat sekaligus mendorong pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat," beber Ismail.
Warkop Topoka, salah satu warung kopi populer di Kota Belopa, menjadi pelanggan tetap.
Gula semut digunakan sebagai bahan utama campuran kopi khas mereka.
“Kami memilih gula semut karena rasanya lebih alami dan lebih sehat untuk pelanggan. Sekaligus kami ingin mendukung produk lokal,” ujar pengelola Warkop Topoka.(*)
Ridoh Challenge Gandeng UMKM Binaan Kadin Makassar Tampil di Gade-Gade TVRI Sulsel |
![]() |
---|
Profil Sahwal, Kasi Pidum Kejari Sinjai Masuk Nominator Jaksa Teladan 2025 |
![]() |
---|
Sambut Surya Paloh, Kader NasDem Maros Padati Bandara Lama |
![]() |
---|
Gaji 4.438 Guru di Maros Akhirnya Cair, Total Rp10,7 Miliar |
![]() |
---|
Pengawasan Harga Beras Tak Maksimal, DPRD Minta Tambahan Anggaran Disdag |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.