Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Parepare Bukan Kota Luka, Tapi Kota yang Terus Berbenah

Tuduhan itu tidak hanya tidak adil bagi pemerintah kota, tapi juga melukai perasaan masyarakat yang selama ini hidup rukun di Parepare.

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Rusdianto Sudirman Dosen Hukum Tata Negara IAIN Parepare  

Setara memang menilai dari 8 indikator, tapi sebagian besar bersifat normatif dan tidak menjangkau dinamika sosial di tingkat akar rumput.

Misalnya, tidak ada penjelasan mengapa nilai Parepare rendah di indikator “kebijakan pemerintah”, padahal Parepare secara rutin memberi bantuan ke rumah ibadah lintas agama.

FKUB Parepare bahkan menjadi salah satu yang paling aktif di Sulsel dalam menyelenggarakan dialog lintas iman.

Sejak tahun 2021, forum ini telah melibatkan pemuda lintas agama untuk program kampung toleransi dan sekolah kebangsaan. Sayangnya, fakta-fakta semacam ini tidak pernah masuk ke laporan.

Dan Setara Institute tidak melibatkan FKUB dan Kemenag Kota Parepare dalam riset yang di laksanakan di Kota Parepare pada November 2024 yang lalu.

Apakah kita adil jika menilai suatu kota hanya dari laporan riset nasional, tanpa mengecek ulang kinerja aktor lokal di lapangan?

Satu hal yang patut disampaikan dengan jujur bahwa Kota Parepare selama ini tak pernah mengalami konflik berbasis agama yang berujung kekerasan. Tidak ada gereja yang dibakar, tidak ada rumah ibadah yang disegel, tidak ada jemaat yang dilarang beribadah.

Sebaliknya, rumah ibadah di Parepare berdiri berdampingan dengan damai. Umat Katolik bisa merayakan Natal dan Paskah di gereja mereka, bahkan sering dihadiri tokoh muslim sebagai bentuk penghormatan.

Ansor Banser selalu terlibat dalam pengamanan rumah ibadah non muslim, Komunitas Tionghoa merayakan Imlek dengan aman, Warga Muslim juga menjalankan ibadah secara bebas dan nyaman, Warga muslim di bulan ramadhan di undang buka puasa  di klenteng.

Apakah kondisi ini bukan cermin dari toleransi yang hidup, meski belum sempurna?

Penulis opini “luka moral” juga menyebut bahwa kegiatan FKUB dan Forkopimda hanyalah simbol dan seremoni.

Pernyataan ini tentu saja tidak berdasar. Di banyak daerah, forum seperti FKUB justru menjadi garda depan meredam konflik dan menjaga komunikasi antarumat, termasuk di Kota Parepare.

Mereka tidak bekerja dengan kamera atau panggung, tapi lewat dialog dan pendekatan personal.

Kerukunan memang tidak selalu harus tampil di berita. Ia hidup dalam kehidupan sehari-hari ketika tetangga beda agama saling membantu saat duka, saat banjir, atau ketika berbagi makanan di hari raya. Inilah wajah Parepare yang tak terekam dalam laporan Setara Institute atau opini “luka moral”.

Apakah Parepare sudah sempurna? Tentu belum. Masih banyak pekerjaan rumah, mulai dari peningkatan literasi toleransi di sekolah hingga penyempurnaan regulasi daerah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved