Opini
KKN dan Literasi Kesehatan Digital: Saat Mahasiswa Jadi Jembatan Desa dan Teknologi
Aplikasi yang dikembangkan oleh BPJS Kesehatan ini sesungguhnya menawarkan kemudahan besar
Pertama, diperlukan pelatihan pra-KKN yang terfokus pada literasi digital dan pemanfaatan aplikasi layanan publik seperti Mobile JKN.
Kedua, pemerintah daerah dan perguruan tinggi dapat membentuk program Digital Health Champions sebuah tim kecil mahasiswa dan kader lokal yang terus mendampingi warga meskipun masa KKN telah berakhir.
Ketiga, BPJS Kesehatan harus menyederhanakan tampilan aplikasi dan menyediakan versi yang lebih ramah bagi pengguna lansia dan masyarakat pedesaan.
Terakhir, penguatan sinergi antara kampus, desa, dan Puskesmas melalui nota kesepahaman dapat menjadi jalan pembuka untuk program kesehatan berbasis teknologi yang berkelanjutan.
KKN bukanlah hanya tentang mencatat kehadiran atau membuat laporan akhir. Ia adalah titik temu antara ilmu pengetahuan dan realitas sosial.
Ketika mahasiswa turun langsung ke pedesaan, membantu seorang nenek membuka aplikasi BPJS di ponselnya untuk pertama kali, atau mendampingi seorang ibu muda mendaftarkan anaknya ke faskes melalui gawai, di situlah makna keberlanjutan pembangunan kesehatan benar-benar hidup.
Dari Posyandu yang dulu identik dengan kertas dan alat timbang manual, kini perlahan bergerak menuju era digital berkat tangan-tangan muda dari kampus.
Dan itulah wajah baru KKN hari ini: menjadi gerakan kecil namun berarti, yang membumikan teknologi, dan memperjuangkan keadilan layanan kesehatan bagi semua warga, dari kota hingga desa.
“Kini saatnya pemerintah dan perguruan tinggi menjadikan literasi digital kesehatan sebagai program prioritas nasional, bukan hanya inisiatif lokal.”
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.