Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

HUT ke-79 Bhayangkara: Robot Humanoid versus Humanisasi Polri

Di sana hak-hak sipil dilindungi melalui pengayoman dan pelayanan masyarakat. Bila pembuluh darah ini tersumbat, demokrasi dipastikan lumpuh.

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Andi Muzakkir Aqil, SH. MH Anggota DPR RI 

Jejak digitalnya mudah ditemui: dari arogansi aparat di tingkat akar rumput, hingga penyalagunaan kekuasaan di level elit.

Memang, pelaku telah dihukum. Tetapi residu peristiwa nyatanya melekat kuat di memori publik.

Tak ada tools atau metode psikologi yang bisa menghapus jejak ingatan publik itu. Drama pembunuhan Brigadir Josua oleh Irjen Ferdy Sambo, misalnya, bagaimana menghapus ingatan jutaan orang? 

Satu-satunya jalan adalah mengubur memori kolektif rakyat itu dengan menghadirkan perubahan Polri yang lebih baik.

Pertama, mengedepankan pendekatan humanis. Singkirkan pentungan, bangun hubungan dengan masyarakat melalui strategi dialog, mediasi, dan pendekatan lain yang bersifat manusiawi.

Kedua, rangkul partisipasi publik. Sebagi mitra masyarakat, membuka saluran partisipasi publik menjadi penting.

Perlu upaya proaktif dan bersifat institusional membuka forum-forum komunikasi. Sinergi ini memungkinkan masyarakat ikut membantu menjaga keamanan dan ketertiban, minimal di lingkungan masing-masing. 

Ketiga, perkuat akuntabilitas dengan transparansi. Polri harus membuka diri . Selain pengawasan internal, juga mendorong pengawasan eksternal oleh masyarakat sipil, media, dan lembaga independen lainnya.

Polri harus rela diawasi masyarakat luas. Melawan kehendak ini ibarat melawan kehendak zaman. Setiap penanganan perkara, khususnya perkara yang menjadi perhatian publik nasional, harus dilakukan secara transparan.

Keempat, responsif menghadapi kritik, ramah menerima aspirasi. Sebagai penjaga demokrasi, Polri harus menjadi teladan bagi cara mengelola kritik, bukan menolaknya mentah-mentah dengan pembelaan diri.

Kritik adalah bentuk lain aspirasi publik. Kritik dan aspirasi merupakan wujud kepedulian masyarakat.

Kelima, sekaligus yang paling menentukan keberhasilan semua hal di atas, adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).

Kapasitas dan integritas personel Polri tidak melulu dalam konteks penajaman aspek teknis, tapi juga pembentukan mentalitas melayani, mengayomi, dan melindungi masyarakat, penuh penghormatan pada prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. 

Hari ini, 1 Juli 2025 menjadi momentum terbaik bagi Polri untuk mendefenisikan ulang jati dirinya. Menyambut hari Bhayangkara, tema “Polri untuk masyarakat” rasanya sungguh tepat.

Dengan tema ini, Polri seolah menegaskan bahwa lencana Bhayangkara bukan semata simbol otoritas tetapi ikrar tentang Polri yang membumi. 

Selamat Hari Bhayangkara ke-79. Jayalah Bhayangkaraku!

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved