Klakson
Kemiskinan
Bukan hanya pemerintah sebenarnya, kitapun barangkali tak pernah tahu bagaimana rasa kemiskinan itu menyergap.
Disinilah jarak keterlibatan itu muncul. Kita tak pernah benar-benar terlibat merasakan penderitaan rakyat miskin.
Tetapi tampaknya negara memang sejak lama keliru memandang kemiskinan. Kemiskinan dianggapnya sebagai misteri, bukan problem.
Dalam kaitan itu, saya ingat filsuf Prancis, Gabriel Marcel (1889-1973) yang berbicara tentang dua hal yang dihadapi manusia, yakni; “problem” dan “misteri”.
Problem bagi Marcel adalah sesuatu dihadapan kita dan untuk diterobos.
Misteri adalah sesuatu yang meliputi kita. Dalam menghadapi problem, kita menggunakan konsep.
Konsep itu berdaya untuk menguasai sesuatu yang disebut kenyataan untuk diterobos. Konsep berguna untuk akal instrumental.
Akal instrumental adalah bagaimana manusia memecahkan persoalannya, memecahkan problemnya.
Sedangkan misteri, menghadapinya memerlukan metafora. Di dalam misteri, kita lebih mampu menggunakan metafora.
Metafora bukan memecahkan misteri seluruhnya. Ciri metafor adalah, dia mengatakan sesuatu yang lain, dari yang dimaksud.
Dalam kasus kemiskinan misalnya, rakyat menjadi miskin dianggap karena malas, dianggap tak punya skill, dianggap takdir, dan sebagainya.
Semua ini adalah metafora. Sebab sesungguhnya semua tahu bila kemiskinan terbibit dari kegagalan negara mensejahterahkan rakyatnya.
Namun pada akhirnya, negeri ini seakan memerlukan rakyat miskin, agar orang kaya terpilih jadi pemimpin.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.