Opini
Sampah Gratis: Tantangan Dibalik Harapan
Sementara 40,06 persen atau 13.538.120,98 ton per tahun merupakan sampah yang tidak terkelola.

Sebagai contoh, program bank sampah yang diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah belum dapat berjalan optimal karena kurangnya dukungan dari instansi terkait dalam hal sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat.
Minimnya inovasi dalam pengelolaan sampah juga menjadi tantangan besar.
Meskipun beberapa inisiatif, seperti bank sampah dan teknologi komposter rumah tangga telah diperkenalkan, adopsi
teknologi baru masih sangat terbatas.
Banyak masyarakat yang tidak familiar dengan teknologi pengolahan sampah yang ramah lingkungan, sehingga mereka tetap menggunakan cara konvensional dalam mengelola sampah.
Inovasi dalam pengelolaan sampah di Indonesia, termasuk Makassar, masih kalah dibandingkan dengan negara-negara lain yang telah menerapkan teknologi canggih untuk pengelolaan sampah.
Hal ini memerlukan perhatian lebih dari pemerintah untuk mengedukasi masyarakat dan memperkenalkan teknologi baru yang lebih efisien.
Pelayanan sampah gratis diharapkan tidak hanya berdampak pada pengurangan beban ekonomi masyarakat, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Dengan adanya pelayanan ini, diharapkan angka pembuangan sampah sembarangan dapat berkurang, yang selama ini
menjadi masalah serius di banyak wilayah di Kota Makassar.
Melalui pelayanan sampah gratis, diharapkan terjadi perubahan pola pikir masyarakat terhadap sampah.
Masyarakat tidak lagi melihat sampah sebagai beban, tetapi sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan.
Dengan demikian, program ini tidak hanya menyasar aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial dan lingkungan, menciptakan masyarakat yang lebih sadar dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.