Opini
Alarm Tuberkulosis pada Anak di Indonesia
Indonesia, sebagai salah satu dari 8 negara dengan kasus TB terbanyak di dunia, berkontribusi sebanyak 8,5 persen dari total kasus TB global.
Rendahnya angka ini menunjukkan betapa minimnya intervensi preventif yang dilakukan terhadap kelompok rentan, termasuk anak-anak.
Tantangan dan Realita Pelayanan Kesehatan
Sayangnya, gejala TB pada anak sering kali tidak spesifik dan sulit dikenali. Batuk merupakan gejala utama pada orang dewasa yang menderita TB.
Namun, pada anak batuk bukan gejala utamanya. Selain itu, anak sulit untuk mengeluarkan dahak.
Seandainya mereka mengeluarkan dahak, hasil pemeriksaan bakteriologis (BTA) pada anak sering kali negatif karena jumlah bakteri yang lebih sedikit.
Sehingga, diagnosis pada anak lebih kompleks dibandingkan orang dewasa. Diagnosis TB anak tidak bisa hanya berdasarkan foto rontgen dada.
Pelayanan kesehatan untuk TB anak di Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Sebagian besar fasilitas kesehatan primer tidak dilengkapi dengan alat diagnostik canggih, seperti tes molekuler atau kultur bakteri.
Akibatnya, diagnosis sering terlambat atau tidak akurat.
Upaya Penanggulangan : Alarm untuk Bertindak
Indonesia telah menetapkan target eliminasi TB pada tahun 2030 melalui Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021.
Untuk mencapainya, perhatian khusus pada anak-anak harus menjadi prioritas. Berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan :
1. Skrining Aktif dan Investigasi Kontak
Setiap orang dewasa yang terkonfirmasi TB harus dilakukan pemerikasaan kontak serumah.
Terutama jika pasien serumah dengan anak usia di bawah lima tahun, maka harus segera dilakukan kegiatan Investigasi Kontak.
Skrining sistematis dapat membantu mendeteksi kasus TB lebih dini, sehingga pengobatan dapat dimulai sebelum gejala semakin parah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.