Opini
Pilkada Core : Kontestasi, Agensi, dan Basa-Basi
Meski begitu, Pilkada tetap memiliki dimensi positif sebagai ruang ekspresi politik masyarakat.
Dalam banyak kasus, pendekatan mereka cenderung transaksional, di mana suara masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang bisa "dibeli" (baca : dicuri) dengan bantuan sesaat atau janji-janji kosong.
Pola seperti ini tidak hanya mencederai nilai demokrasi, tetapi juga menghambat munculnya kandidat-kandidat berkualitas ke depannya.
Lebih dari itu, basa-basi juga tampak dalam hubungan antara Pilkada dan partai politik.
Banyak partai yang mencalonkan kandidat bukan berdasarkan kompetensi atau integritas, tetapi berdasarkan kemampuan finansial atau kedekatan personal.
Akibatnya, Pilkada kehilangan makna sebagai proses seleksi pemimpin terbaik dan justru menjadi alat transaksi politik.
Menuju Pilkada yang Lebih Berkualitas
Untuk mengatasi berbagai tantangan ini, perlu ada upaya bersama dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas Pilkada.
Masyarakat perlu dididik tentang pentingnya memilih berdasarkan visi dan program kerja, bukan karena uang atau hubungan emosional semata.
Selain itu, partai politik juga harus lebih bertanggung jawab untuk menjadi corong dalam mencalonkan pemimpin, tidak hanya popularitasnya, melainkan mengedepankan etikabilitas dan intelektualitas kandidat.
Penyelenggara Pilkada, seperti KPU dan Bawaslu, juga memiliki peran penting untuk memastikan proses yang jujur, adil, dan transparan.
Pengawasan terhadap politik uang, kampanye hitam, dan pelanggaran lainnya harus diperketat.
Media juga harus berperan aktif dalam menyediakan informasi yang objektif, begitu juga ASN, TNI, dan Polri yang harus
menjaga netralitas.
Pilkada adalah jantung dari demokrasi yang memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara langsung dalam menentukan masa depan wilayah mereka.
Namun, kontestasi, agensi, dan basa-basi dalam Pilkada menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjadikan Pilkada sebagai mekanisme demokrasi yang ideal.
“Demokrasi adalah suara rakyat, bukan harga suara. Mari berkontestasi dengan riang gembira, hindari money policik”(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.