Opini
Merdekakan Guru PAUD!
Mereka bukan hanya mengajarkan huruf dan angka, tetapi juga membentuk dasar-dasar sosial, emosional, dan kognitif yang akan memengaruhi masa depan
Oleh: Irman Yasin Limpo
Mantan Kepala Dinas Pendidikan Sulsel
TRIBUN-TIMUR.COM - GURU Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter dan perkembangan awal anak-anak.
Mereka bukan hanya mengajarkan huruf dan angka, tetapi juga membentuk dasar-dasar sosial, emosional, dan kognitif yang akan memengaruhi masa depan anak-anak.
Oleh karena itu, mensejahterakan guru PAUD bukan hanya tentang memperbaiki kesejahteraan mereka secara pribadi, tetapi juga tentang investasi strategis untuk masa depan bangsa.
Pertama-tama, kesejahteraan guru PAUD berhubungan langsung dengan kualitas pendidikan yang diberikan.
Guru yang merasa dihargai dan mendapatkan imbalan yang adil cenderung lebih termotivasi dan berkomitmen dalam pekerjaannya.
Dengan kondisi kerja yang baik dan dukungan yang memadai, mereka dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan menyenangkan bagi anak-anak.
Sebaliknya, guru yang tidak sejahtera mungkin mengalami stres dan kelelahan, yang dapat mempengaruhi kualitas pengajaran dan, pada gilirannya, perkembangan anak-anak.
Kesejahteraan guru PAUD juga berdampak pada retensi tenaga pendidik.
Jika guru merasa tidak dihargai atau tidak mendapatkan kompensasi yang sesuai, mereka mungkin akan mencari peluang lain yang lebih menguntungkan.
Rotasi tinggi dalam tenaga pendidik dapat mengganggu kontinuitas dan kualitas pendidikan yang diterima anak-anak.
Dengan meningkatkan kesejahteraan, kita dapat mengurangi turnover dan memastikan bahwa anak-anak memiliki akses ke pendidik yang berpengalaman dan berdedikasi.
Lebih jauh, kesejahteraan guru PAUD berhubungan dengan keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi.
Pekerjaan di sektor PAUD sering kali melibatkan jam kerja yang panjang dan tanggung jawab yang besar dengan imbalan yang relatif rendah.
Dengan memberikan dukungan yang lebih baik, seperti gaji yang layak, cuti yang memadai, dan peluang pengembangan profesional, kita dapat membantu guru menjaga keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka.
Ini tidak hanya meningkatkan kepuasan kerja tetapi juga kesejahteraan mental dan fisik mereka.
Pentingnya mensejahterakan guru PAUD juga tidak bisa dipisahkan dari dampaknya terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Guru PAUD yang sejahtera dan bahagia dapat lebih efektif dalam mengajarkan nilai-nilai penting kepada anak-anak, seperti empati, kerja sama, dan keterampilan sosial lainnya.
Anak-anak yang mendapatkan pendidikan awal yang berkualitas akan tumbuh menjadi individu yang lebih kompeten dan siap menghadapi tantangan di masa depan, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih baik.
Untuk itu, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam upaya mensejahterakan guru PAUD.
Ini termasuk memberikan dukungan finansial yang memadai, pelatihan dan pengembangan profesional, serta menciptakan lingkungan kerja yang mendukung.
Investasi dalam kesejahteraan guru PAUD adalah investasi dalam masa depan bangsa, karena mereka adalah pilar utama dalam pembentukan generasi mendatang.
Dengan komitmen dan tindakan nyata untuk mensejahterakan guru PAUD, kita tidak hanya menghargai kontribusi mereka tetapi juga memperkuat fondasi pendidikan yang akan mempengaruhi kehidupan jutaan anak dan masa depan negara kita.
Terlebih lagi di beberapa kabupaten dan kota serta pemerintah propinsi telah menetapkan peraturan daerah yg menggarisbawahi perlindungan terhadap guru yang essensinya memberi proteksi terhadap tugas tugas kesehariannya dan juga menjaga keberlangsungan kehidupan dan kesejahteraan guru terutama pada kebutuhan domestik mereka.
Kenyataan saat ini kehidupan ekonomi yg terus dinamis disekeliling guru paud ditandai dengan kenaikan beberapa kebutuhan hidup baik sandang, pangan dan papan ditambah lagi semua transaksi barang dan jasa dibebani dengan berbagai macam retribusi maupun pajak yg selalu saja bertambah naik ( hampir tdk pernah ada regulasi yg turun ) membuat tekanan bagi mereka dalam memperrhankan hidup mereka sebagai anggota masyarakat.
Dibeberapa daerah memberi alasan klasik dengan mendahulukan sarana dan pra sarana padahal hal itu realeted dengan peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru, tdk eloklah rasanya sarana dibangun terus tapi diisi oleh guru guru lemah yg tdk berdaya utk mentransfer ilmu dan karakter disebebabkan kesejahteraan mereka hanya dihargai 200-500 rb perbulan.
Apalagi dalam praktek pembanguan dan hibah sarana prasarana pendidikan hanya sebagai alat bagi persengkokolan oknum birokrasi dan pengusaha hitam, yg lebih mengedepankan keuntungan daripada efektifitas anggaran sarana dan prasarana tersebut.
Untuk apa smartboard diberikan ke 1 sekolah padahal dalam sekolah tsb ada 24 kelas ?
Pada akhirnya TV smartboard tersebut hanya sebagai media presentase dan karaoke saja bukan sebagai saran pembelajaran siswa.
Apakah dengan 1 smartboard bisa dipahamamkan oleh semua guru.
Apakah penentu kebijakan sdh mengerti perbedaan antara smartboard dengan smart TV ?
Disinilah lemahnya pemerintah daerah yang hanya latah dan berorientasi pada penyerapan anggaran semata.
Dan program tersebut terpuji maka diklaim bahwa anggaran daerah tapi jika sebailknya maka dibantah bahwa itu dana alokasi yg mereka harus terima dari pemerintah pusat.
Harapannya adalah kedepan kesejateraan guru paud bisa disandingkan dengan peningkatan kompetensi yg berbasis pada pelatihan in job training di satuan pendidikan bukan pelatihan yang berbasis “cash back” dimana fokusnya lebih pada bisnis pelatihan, bagaimana pelatihan tersebut menguntungkan pengelola dan pelaksananya.
Padahal pelatihan yang dibutuhkan adalah pelatihan yg berbasis training yg langsung dapat teraplikasikan dan sebaiknya dilakukan di satuan masing masing dengan pengawasan dan indikator yg telah ditetapkan, bukankah perangkat pengawas dan standart itu sudah ada?
Kenapa harus di hotel dan menggunakan pihak ke 3 ?. Apalagi di tengarai oleh para guru sebahagian pelatihan pelatihan saat ini hanya sebagai kedok utk mendapatkan perlindungan dari ancaman ancaman ekternal dalam pengelolaan sektor pendidikan.
Apresiasi pada presideng terpilih yg dengan berani melabrak “dinosaurus” kebijakan pendidikann selama ini dengan menghadirkan program makan bergizi di sekolah.
Ini jelas mengintervesi satu syarat utk majunya kecerdasan siswa yakni ketercukupan nutrisi yang bergizi, sehingga tdk ada penghalang bagi siswa utk mencerna ilmu pengetahuan dan karakter dari sekolah dan lingkungannya.
Efektifitas Prabowo-Gibran dalam memilih program ini harusnya menjadi contoh utk pemerintah daerah dalam meningkatkan pembanguan pendidikan utamanya di satuan PAUD.
Sudah ada makan bergizi bagi siswa dari prabowo dan gibran seharusnya dari pemerintah daerah melengkapinya dengan kesejahteran bergizi bagi guru guru paud, karena visi negara ini termasuk didalamnya pemerintah daerah adalah Indonesia emas 2045 dan yang mengisinya adalah siswa siswa paud kita sekarang ini.
Janganlah pemerintah daerah beralasan lagi bahwa paud itu lebih banyak oleh partispasi masyarakat dan punya pemerintah sedikit sehingga biaya tdk bisa diturunkan.
Alasan ini hanya mau membenarkan bahwa pemerintah mau membelanjakan untuk kepentingan dirinya sendiri.
Syukurlah bahwa masyarakat mau berpartisipasi utk memajukan pendidikan khusunya di “usia emas” kemana pemerintah daerah selama ini, mungkin pemda memamahmi hanya DAK yg dapat memajukan pendidikan.
Sehingga terkadang ketua komite sekolahpun menjadi bagian dsri pelaksanaan proyek proyek fisik padahal komite itu perwalian orang tua siswa bukan instrumen pemerintah.
Perguruan tinggipun yg menjadi kiblat sakral pendidikan Indonesia sudah meminta partsipasi masyarakat didalam BPHTBnya, kenapa utk usia dini pemda sekke/pelit utk membiayainya.
Ayo merdekakan guru paud dan penjajahan insentif yang tidak berprikemanusiaan.(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.