Opini
Gugurnya Pejuang yang Menyerahkan Segalanya untuk Palestina
Hamas dalam pernyataannya, bersumpah untuk membalas dendam atas pembunuhan pengecut terhadap pemimpinnya tersebut.

Oleh: Ismail Amin MA
Ketua Umum KKS-Iran 2023-2025, Mahasiswa S3 Universitas Internasional Almustafa Iran
TRIBUN-TIMUR.COM - Dini hari, Rabu 31 Juli 2024, melalui laman resminya, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menuliskan pernyataan, Ketua Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh beserta pengawal pribadinya, tewas dalam sebuah serangan yang menargetkan kediaman mereka di Teheran, ibukota Iran.
Seketika informasi tersebut menghebohkan dunia. Meski IRGC menyebutkan sedang melakukan investigasi dan tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut, namun dugaan terkuat, Israel berada dibalik serangan tersebut.
Hamas dalam pernyataannya, bersumpah untuk membalas dendam atas pembunuhan pengecut terhadap pemimpinnya tersebut.
Haniyeh secara luas dianggap sebagai pemimpin yang karismatik, populer, dan pragmatis dalam gerakan Hamas.
Ia dihormati oleh banyak warga Palestina. Ketika ia menjadi perdana menteri Palestina pertama untuk gerakan Hamas, ia menolak meninggalkan rumahnya yang sederhana di sebuah kamp pengungsi di Jalur Gaza.
Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan presiden Iran yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian, yang diambil sumpah jabatannya di parlemen pada hari Selasa (30/8).
Ismail Haniyeh adalah pemimpin Hamas terkemuka kedua yang dibunuh oleh rezim Israel sejak Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, setelah pembunuhan Salah al-Arouri di Beirut selatan pada 2 Januari.
Haniyeh lahir tahun 1962 di kamp pengungsi al-Shati di sebalah barat kota Gaza.
Di kamp itu pula ia menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya. Ia lulus dari Universitas Islam Gaza pada tahun 1987, memperoleh gelar dalam bidang sastra Arab.
Setelah lulus, ia bekerja sebagai asisten pengajar di universitas tersebut, dan kemudian mengambil alih urusan administrasi setelah itu. Ia menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Islam tersebut pada tahun 2009.
Haniyeh memulai aktivitas politiknya di dalam Islamic Bloc yang mewakili sayap mahasiswa Ikhwanul Muslimin, tempat munculnya Gerakan Perlawanan Islam Hamas.
Akhir tahun 1987 Hamas berdiri, ia langsung bergabung di dalamnya.
Keterlibatannya dalam gerakan Intifadah Pertama membuatnya ia dijatuhi hukuman penjara singkat oleh pengadilan militer Israel.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.