Opini
Teknologi Parkir dan Solusi Kemacetan Kota
Kota ini bukan lagi sekadar pusat pemerintahan, tapi telah menjelma menjadi magnet ekonomi dan sosial yang menarik ribuan warga.
Oleh: Ramlan Majid
Peneliti pada Kelompok Kerja Inovasi pada Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kota Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM - Tak bisa dipungkiri, urbanisasi di Makassar makin hari makin menggeliat.
Kota ini bukan lagi sekadar pusat pemerintahan, tapi telah menjelma menjadi magnet ekonomi dan sosial yang menarik ribuan warga.
Terutama dari daerah-daerah aglomerasi seperti Gowa, Jeneponto, Takalar, Pangkep dan Maros serta pelosok desa lainnya untuk bekerja, menetap dan mencari penghidupan.
Namun, di balik semaraknya pembangunan dan meningkatnya daya beli masyarakat, ada persoalan yang tak kunjung tuntas hingga kini : kemacetan dan carut-marut pengelolaan parkir.
Meski dalam laporan terbaru TomTom Traffic Index (2024) Makassar belum masuk lima besar kota termacet di Indonesia—yang didominasi oleh Bandung, Medan, Palembang, Surabaya, dan Jakarta—bukan berarti kota ini terbebas dari problem kepadatan lalu lintas.
Dalam kenyataannya, warga Makassar tetap merasakan dampak kemacetan, terutama di jam-jam sibuk, seperti pagi dan sore.
Di saat-saat tersebut, jalanan menjadi padat merayap. Sebut misalnya di sepanjang Jalan Urip Sumoharjo - Perintis dan Jalan Tun Abdul Razak - Hertasning. Waktu tempuh untuk perjalanan di jalur ini yang seharusnya singkat bisa menjadi berlipat ganda.
Pada April 2025, jumlah kendaraan bermotor di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, tercatat mencapai 2,11 juta unit, berdasarkan data dari Electronic Registration and Identification (ERI) Korps Lalu Lintas Polri (Korlantas Polri) (dikutip dari databoks.katadata.go.id).
Dari jumlah tersebut, sepeda motor mendominasi dengan 1,65 juta unit, diikuti oleh mobil penumpang sebanyak 353,07 ribu unit, mobil bermuatan 100,36 ribu unit, bus 3.225 unit, dan kendaraan khusus (ransus) sebanyak 4.613 unit.
Pertumbuhan yang pesat ini tidak diimbangi dengan peningkatan infrastruktur parkir yang memadai, sehingga menciptakan berbagai masalah di jalanan kota.
Analisis lebih dalam mengenai pertumbuhan kendaraan bermotor di Makassar juga menunjukkan bahwa kurangnya perencanaan dan pengelolaan transportasi yang efektif menjadi salah satu penyebab utama.
Pemerintah daerah seharusnya melakukan evaluasi terhadap kebijakan transportasi yang ada, serta merancang solusi yang inovatif untuk mengatasi masalah ini.
Misalnya, dengan membangun lebih banyak fasilitas parkir vertikal yang dapat menampung lebih banyak kendaraan dalam satu area, serta mengkampanyekan transportasi umum agar masyarakat lebih memilih untuk menggunakan angkutan massal daripada kendaraan pribadi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.