Opini
Melawan Asa: Perlindungan Hak Anak di Tengah Dinamika Sosial, Mungkinkah?
Hari itu menjadi moment istimewa untuk merayakan kebahagiaan dan harapan yang di bawa oleh anak-anak Indonesia.
Laporan UNICEF Indonesia (2020) menunjukkan bahwa hanya 63 persen anak-anak di daerah pedalaman menyelesaikan pendidikan
dasar, dibandingkan dengan 93 persen di daerah perkotaan. Ini dari segi pendidikan.
Lalu bagaimana dari segi kesehatan?. Laporan dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2021 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-4 tertinggi di dunia untuk jumlah anak yang mengalami stunting.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi stunting pada anak balita mencapai 30,8 persen.
Gizi buruk tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan kognitif dan kemampuan belajar mereka.
Tak sampai di situ, kekerasan pada anak juga menjadi masalah yang akut.
Menurut laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2020, terdapat lebih dari 5.000 kasus kekerasan terhadap anak yang dilaporkan setiap tahunnya.
Studi dari KPAI (2020) mengungkapkan bahwa 60 persen dari kasus kekerasan terjadi di rumah, sementara 30 persen terjadi di
lingkungan sekolah.
Bentuk kekerasan yang paling umum adalah kekerasan fisik, kekerasan psikologis, dan pelecehan seksual.
Kekerasan pada anak berbanding lurus dengan eksploitasi anak.
Menurut data dari International Labour Organization (ILO), sekitar 7 persen anak-anak usia 5-17 tahun di Indonesia terlibat dalam pekerjaan yang berbahaya.
Laporan ILO (2019) menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri merupakan dua sektor utama di mana pekerja anak ditemukan.
Di bidang teknologi saat ini, anak-anak juga menjadi terancam dengan peningkatan penggunaan teknologi dan media sosial yang tanpa batas dan kontrol.
Survei dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 80 persen anak-anak dan remaja di Indonesia menghabiskan lebih dari 4 jam sehari menggunakan gadget.
Studi juga menunjukkan peningkatan kasus cyberbullying dan paparan konten pornografi di kalangan anak-anak.
Hal ini menyebabkan tingginya sex bebas di kalangan anak dan remaja, tingginya perilaku LGBT hingga banyaknya kasus HIV
AIDS dikalangan anak dan remaja.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/Trisnawaty-SPsi-MPsi-Psikolog-Dosen-Fakultas-Kedokteran-12.jpg)