Opini
Potret Toleransi Umat Beragama di Jantung Sulawesi
Karena pada dasarnya ajaran agama dapat di sebut agama ketika mengajarkan kedamaian kepada penganutnya.
Nurdin Abdullah yang merupakan mantan Gubernur Sulawesi Selatan mengatakan bahwa keberadaan daerah Seko yang terletak di antara tiga Provinsi tersebut membuat tanah Seko layak mendapat julukan sebagai Segitiga Emas di pulau Sulawesi.
Di Seko, selain terkenal dengan kekayaan alam dan budaya yang melimpah, Seko juga di kenal akan keharmonisan dan kerukunan antar umat beragama di daerah tersebut.
Seko adalah daerah dengan dua agama besar yang menjadi kepercayaan kebanyakan masyarakat Seko yaitu Islam dan Kristen.
Adapun kepercayaan lain seperti agama Hindu, itu hanya dibawa oleh orang-orang pendatang di daerah Seko.
Keharmonisan antar umat beragama yang ada di Seko begitu dirasakan oleh masyarakat.
Hal itu dibuktikan dengan toleransi yang dilakukan antar pemeluk agama yang ada di Seko baik yang beragama Islam maupun yang
beragama Kristen.
Masyarakat membudayakan nilai penting dari kebebasan beragama.
Contohnya, ketika masyarakat Seko melakukan hari raya keagamaan, yang mana setiap agama akan melakukan hari rayanya dengan penuh suka cita tanpa adanya batasan-batasan di antara masyarakat.
Menurut salah satu tokoh adat Seko bernama Abraham Taburu, mengatakan bahwa orang Seko yang terdiri dari beraneka ragam budaya mengenal istilah “makalebu tulu manoko ni sang tangko’ ” yang artinya telur ayam yang utuh berada di dalam satu tempat atau penutup makanan. Istilah ini memiliki makna secara filosofis bagi masyarakat Seko.
Istilah tersebut memiliki makna di antaranya, “makalebu tulu manoko” (telur ayam yang utuh) melambangkan perbedaan yang berada dalam satu kesatuan seperti telur ayam yang terdiri dari tiga bagian, kulit, putih dan kuning yang menjadi satu kesatuan yang utuh, kemudian “ni sang tangko’”(di dalam satu tempat atau penutup makanan) merupakan simbol atau lambang dari tempat atau
suatu daerah yang dihuni oleh sekelompok masyarakat.
Secara garis besar, istilah yang muncul pada masyarakat Seko tersebut memiliki pengertian bahwa sekalipun kita berbeda agama dan ras, namun kita tinggal atau berada di satu tempat.
Sehingga sudah seharusnya membangun kesadaran untuk saling menghargai dan menerima perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat merupakan kunci dari keharmonisan di suatu daerah atau tempat.
Aspek-aspek yang Memengaruhi Toleransi di Tanah Seko Masyarakat yang harmonis adalah sebab dari masyarakat yang hidup saling menghargai dan saling memberi ruang antar umat beragama.
Namun di samping itu, ada beberapa hal atau aspek yang terkadang menyebabkan hubungan yang harmonis itu menjadi goyah.
Di antaranya disebabkan oleh isu politik, dan hal itu merupakan salah satu penyebab utama runtuhnya keharmonisan antar umat beragama, khususnya di daerah Seko.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.