Gunung dengan Kepentingan Partainya Meraih Suara Terbesar

Oleh:
Qasim Mathar
Pendiri Pesantren Matahari

TRIBUN-TIMUR.COM - Ada tokoh terkenal turun gunung dengan kepentingan memenangkan paslon tertentu.

Ada tokoh kurang terkenal turun gunung dengan kepentingan bisa lebih dikenal dan meraih kekuasaan.

Ada asing, media/pers dan pengamatnya, turun gunung dengan kepentingan asing akan berakses mengendalikan presiden terpilih Indonesia.

Tidak mau kalah, mahaguru perguruan tinggi turun gunung dengan kepentingan entah sama dengan kepentingan yang disebut di atas, entah ada kepentingan lainnya.

Ada juga pihak yang berbeda dengan pihak-pihak yang disebut di atas, tetapi sudah menunggu di landasan pacu pemilu.

Mereka ini menggoreng berbagai kepentingan mereka yang turun gunung, dengan tujuan ubah, ganti secara revolusioner rezim saat ini, tetapi tanpa konsep,... ujungnya adalah situasi chaos, negara dalam keadaan kacau, tanpa pemerintahan.

Semua itu ada di landasan pacu pemilu.

Semua menyatakan 'demi bangsa dan negara', 'demi rakyat', 'demi masa depan Indonesia', 'demi NKRI', 'demi Pancasila', dan 'demi demokrasi'.

Asing (Barat) juga tak ketinggalan berseru melalui pers dan pengamat mereka: 'demi demokrasi' dan 'demi kehidupan global yang berkeadilan'.

Tentang pers dan pengamat asing (Barat), bagaimana mau dipercaya, kalau mereka terkenal memakai standar ganda dalam 'berkeadilan' dan 'hubungan antarbangsa'.

Saya mengira, asing berkepentingan memenangkan paslon yang bisa didikte untuk menghambat, bahkan menggagalkan program/proyek hilirisasi yang merupakan gerbang utama Indonesia bergerak menjadi negara-bangsa yang maju dan modern.

Ringkas saja, asing (Barat) tidak akan tenang dengan program/proyek hilirisasi.

Asing gelisah jika kita konsisten untuk tidak mengekspor bahan mentah kekayaan kita.

Hati-hati, asing (Barat) hadir juga di landasan pacu pemilu untuk meluncurkan kepentingannya.